Polimik antara Eks Dosen UIN Malang dan Tetangga Berakhir dengan Permintaan Maaf
Malang – Perselisihan antara Imam Muslimin, yang akrab disapa Yai Mim, seorang eks dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, dengan tetangganya, Nurul Sahara, telah memasuki babak baru. Dalam sebuah podcast yang dipandu oleh Denny Sumargo, Yai Mim mengungkapkan bahwa Sahara dan suaminya, Sofwan, telah meminta maaf kepadanya terkait ucapan kasar yang memicu ketegangan di antara mereka.
Permintaan maaf tersebut disampaikan saat pasangan tersebut tampil dalam podcast yang sedang ramai diperbincangkan. “Dalam podcast tersebut, saya tidak mengetahui isi keseluruhannya, namun ada bagian di mana Ibu Sahara dan Bapak Sofwan meminta maaf,” kata Yai Mim dalam video yang diterima oleh detikJatim pada Sabtu (4/10/2025).
Yai Mim menjelaskan bahwa permintaan maaf tersebut disampaikan melalui percakapan telepon ketika ia berada di rumah dinas Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. “Beliau, Sahara dan Sofwan menelepon saya, pada saat saya berada di rumah dinas Kang Dedi Mulyadi,” ucapnya.
Dalam pembicaraan tersebut, Sahara mengungkapkan penyesalan atas perkataan kasar yang sempat terucap. Yai Mim pun merespons dengan sikap terbuka. “Saya memaafkan, dan saya rasa Sahara tidak perlu merasa bersalah karena permasalahan ini bersifat subjektif,” tuturnya, menekankan pentingnya perspektif yang berbeda dalam suatu konflik.
Meskipun telah ada permintaan maaf, Yai Mim tetap berharap agar versi podcast yang diambil dari sudut pandang Sahara tetap ditayangkan. Ia berargumen bahwa hal itu penting agar masyarakat mendapatkan gambaran yang lebih seimbang mengenai masalah yang tengah berlangsung. “Saya berpendapat bahwa podcast tersebut sebaiknya tetap ditayangkan. Mengapa? Untuk memberikan perimbangan,” tegas Yai Mim.
Perselisihan ini telah menarik perhatian publik, khususnya di kalangan masyarakat Malang. Dalam konteks yang lebih luas, situasi ini mencerminkan dinamika masyarakat yang mungkin mengalami perbedaan pendapat. Pendekatan yang diambil oleh Yai Mim—yang memilih memaafkan dan berharap untuk keadilan dalam penyampaian informasi—dapat menjadi contoh bagi masyarakat dalam menyelesaikan konflik secara damai.
Apresiasi terhadap langkah Yai Mim juga mencerminkan pentingnya komunikasi dalam hubungan antarwarga. Di tengah maraknya berita provokatif dan penyebaran informasi yang tidak seimbang, sikap saling memaafkan dan mendengarkan satu sama lain menjadi sangat relevan. Hal ini juga menunjukkan betapa pentingnya bagi setiap individu untuk memahami perspektif orang lain, terlebih dalam lingkungan masyarakat yang heterogen.
Dengan munculnya permintaan maaf dan pernyataan dari kedua belah pihak, diharapkan masalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan tidak berlarut-larut. Publik pun diharapkan dapat mengambil pelajaran dari insiden ini untuk membangun komunikasi yang lebih baik di antara sesama warga, demi menciptakan suasana yang harmonis dan saling menghargai.