Nasional

WNI di Thailand dan Kamboja Aman, Tidak Ada Korban Konflik Perbatasan

Avatar photo
3
×

WNI di Thailand dan Kamboja Aman, Tidak Ada Korban Konflik Perbatasan

Sebarkan artikel ini

WNI di Thailand dan Kamboja Dalam Keadaan Aman, KBRI Pantau Situasi Perbatasan

Jakarta – Pemerintah Indonesia memastikan keamanan warganya yang berada di Thailand dan Kamboja di tengah meningkatnya ketegangan konflik di wilayah perbatasan kedua negara tersebut. Wakil Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan, Lodewijk Freidrich Paulus, menegaskan bahwa hingga saat ini, tidak ada laporan mengenai korban di antara Warga Negara Indonesia (WNI).

Lodewijk menjelaskan bahwa lokasi konflik terletak di wilayah hutan yang jauh dari pemukiman. “Sejauh ini, keadaan aman dan tidak ada masalah. Tim kami terus memantau situasi,” ungkapnya saat ditemui di kantor Kemenko Polkam, Jakarta, Jumat.

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Phnom Penh mendapatkan informasi dari otoritas Kamboja bahwa tidak ada WNI yang menjadi korban dalam insiden tersebut. Duta Besar Republik Indonesia untuk Kamboja, Santo Darmosumarto, menyampaikan bahwa meski ada pernyataan mengenai korban, belum ada konfirmasi terkait jumlah korban atau kerusakan bangunan di Kamboja.

Masyarakat Indonesia yang memiliki keluarga atau kerabat di kawasan perbatasan diharapkan tetap tenang. KBRI mengimbau agar WNI yang tinggal di O’Smach, ibu kota Provinsi Oddar Meanchey, memberikan informasi terkait keberadaan mereka untuk memastikan keselamatan. Meskipun jumlah pastinya belum diketahui, KBRI mencatat adanya sejumlah WNI yang menetap dan bekerja di wilayah tersebut.

Dalam pertemuan dengan korps diplomatik di Phnom Penh, Menteri Luar Negeri Kamboja, Prak Sokhonn, menjelaskan kronologis konflik, yang berawal dari bentrokan senjata pada 28 Mei yang mengakibatkan kematian satu serdadu Kamboja. Sokhonn juga menyatakan komitmen pemerintah Kamboja untuk mencari solusi damai berdasarkan hukum internasional, serta mengirimkan surat kepada PBB untuk membahas konflik dan mendukung gencatan senjata.

Dari perspektif masyarakat, situasi ini memberi gambaran penting tentang perlunya kewaspadaan bagi WNI di luar negeri, terutama di kawasan yang berpotensi konflik. Selain itu, pemerintah Indonesia diharapkan dapat terus melaksanakan monitor intensif demi melindungi keselamatan warganya. Kembali, para pejabat Kamboja juga mengingatkan warga untuk tidak melakukan perjalanan ke daerah sekitar zona konflik, termasuk Provinsi Oddar Meanchey dan Preah Vihear, yang memerlukan perhatian khusus.

Dengan kondisi sosial-politik yang kompleks, imbauan tersebut menjadi pengingat bagi masyarakat luas akan pentingnya komunikasi dan koordinasi antara WNI di luar negeri dan KBRI. Kesadaran akan keadaan terkini, termasuk dalam hal potensi ketegangan, menjadi krusial agar semua pihak tetap terinformasi dan bisa mengambil langkah preventif.

Dalam menghadapi situasi ini, kerjasama antar negara ASEAN juga terlihat, dengan upaya Malaysia sebagai Ketua ASEAN yang menghubungi kedua belah pihak untuk membahas gencatan senjata. Ini menunjukkan bahwa stabilitas di kawasan sangat tergantung pada dialog dan kerjasama yang konstruktif, terutama bagi negara-negara yang berbagi perbatasan.

Dengan demikian, komunitas internasional juga diharapkan masih bisa menjaga hubungan baik dan mencari solusi damai untuk menghindari dampak lebih lanjut terhadap masyarakat, termasuk WNI. Pihak KBRI dan pemerintah diharapkan tetap sigap dalam memberikan informasi terbaru kepada publik agar WNI dapat merasa aman dan terlindungi.