Berita

Warga Baduy Ikut Unjuk Rasa di Depan Gedung DPR/MPR

Avatar photo
3
×

Warga Baduy Ikut Unjuk Rasa di Depan Gedung DPR/MPR

Sebarkan artikel ini

Pria dari Baduy Ikuti Aksi Unjuk Rasa di Jakarta, Suarakan Aspirasi Warga Desa

Seorang warga Baduy luar, Banten, bernama Rasja, berusia 38 tahun, berani menempuh perjalanan jauh untuk menyampaikan aspirasi masyarakatnya. Ia berjalan kaki dari Stasiun Palmerah ke Gedung DPR/MPR di Jakarta untuk bergabung dalam aksi unjuk rasa yang berlangsung di ibu kota. Kehadiran Rasja menjadi simbol suara masyarakat pedesaan yang sering kali terabaikan dalam proses pengambilan keputusan di tingkat nasional.

Aksi unjuk rasa ini, yang melibatkan ratusan peserta lainnya, difokuskan pada sejumlah isu strategis yang berkaitan dengan hak-hak masyarakat adat dan perlindungan lingkungan hidup. Bagi Rasja dan rekan-rekannya, kesempatan untuk berbicara langsung dengan wakil rakyat adalah momentum penting dalam memperjuangkan hak dan kearifan lokal yang selama ini terpinggirkan.

Dalam perjalanan yang melelahkan dan penuh tantangan, Rasja menuturkan bahwa kehadirannya di Jakarta bukan semata-mata untuk menjelaskan permasalahan yang dihadapi masyarakat Baduy, tetapi juga untuk membawa pesan penting bagi seluruh bangsa. “Kami berharap suara kami didengar oleh para pemimpin. Kehidupan kami dan hak-hak kami sebagai masyarakat adat harus dilindungi,” tegas Rasja.

Konflik yang dihadapinya dan komunitas Baduy tidak hanya terbatas pada pengakuan dan perlindungan hak adat, tetapi juga mencakup isu terkait lingkungan, terutama dampak dari eksploitasi sumber daya alam. Dalam beberapa tahun terakhir, area sekitar Baduy semakin terancam oleh proyek-proyek infrastruktur yang dapat mengganggu ekosistem dan cara hidup masyarakat tradisional. Hal ini membuat keterlibatan Rasja dalam aksi ini semakin urgent, ketika ia melihat potensi ancaman terhadap tanah dan air yang selama ini menjadi sumber kehidupan mereka.

Dari perspektif lokal, aksi ini menggambarkan betapa pentingnya partisipasi masyarakat dalam proses politik dan pengambilan keputusan. Masyarakat Baduy, yang dikenal dengan kearifan lokal dan tradisi yang kuat, harus diakui dan dilibatkan dalam perumusan kebijakan yang berdampak langsung terhadap kehidupan mereka. Menurut beberapa pengamat, partisipasi Rasja juga bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat lain untuk lebih aktif menyuarakan pendapat dan aspirasi mereka.

Aksi unjuk rasa ini juga menggugah kesadaran masyarakat urban akan isu-isu yang dihadapi oleh masyarakat adat. Dalam konteks ini, keterlibatan Rasja dan warga Baduy lainnya menciptakan jembatan antara tradisi dan modernitas, serta menunjukkan bahwa setiap suara, termasuk dari pelosok desa, memiliki nilai dan perlu diperhitungkan dalam menentukan arah pembangunan nasional.

Keberanian Rasja berjalan kaki menuju Jakarta menunjukkan tekad masyarakat Baduy untuk memperjuangkan hak-hak mereka di tengah arus modernisasi yang sering kali melupakan suara mereka. Diharapkan, dengan upaya ini, pihak legislatif tidak hanya mendengarkan, tetapi juga mengambil langkah nyata untuk mengakomodasi kebutuhan dan hak-hak masyarakat adat demi keadilan sosial serta kelestarian lingkungan.

Melalui aksi ini, harapan bahwa suara dari daerah-daerah terpinggirkan bisa mencapai telinga pemerintah menjadi semakin nyata, mendorong terbangunnya dialog yang lebih inklusif antara pemerintah dan masyarakat. Rasja dan warga Baduy lainnya telah menunjukkan bahwa meskipun mereka berasal dari komunitas kecil, aspirasi dan hak mereka adalah bagian integral dari perjalanan bangsa Indonesia.