Tarif Impor 50 Persen oleh AS Terhadap India: Hubungan Makin Memanas
Jakarta, CNN Indonesia – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, resmi menerapkan tarif impor sebesar 50 persen terhadap barang-barang dari India mulai hari ini, Rabu (27/8). Kebijakan ini berpotensi memperburuk hubungan kedua negara, terutama setelah Gedung Putih tidak menawarkan solusi negosiasi menjelang batas waktu penerapan tarif.
Penasihat dagang Gedung Putih, Peter Navarro, mengonfirmasi bahwa kesepakatan sebelumnya akan tetap berlaku tanpa ada perubahan, dilansir dari Reuters. Kebijakan tarif ini muncul setelah Trump awalnya menerapkan tarif sebesar 25 persen kepada India, dengan alasan negara tersebut membeli minyak dari Rusia, yang tidak sejalan dengan kebijakan ekonomi AS menyusul invasi Rusia ke Ukraina.
Barang-barang yang dikenakan tarif termasuk pakaian, perhiasan, alas kaki, pakaian olahraga, mebel, serta bahan kimia. Meskipun demikian, beberapa produk seperti baja, aluminium, dan tembaga dikecualikan dari tarif tambahan, dan barang-barang yang sudah berada dalam perjalanan ke AS sebelum batas waktu tertentu tetap dapat masuk dengan tarif lebih rendah.
Penerapan tarif ini diperkirakan berdampak besar pada ribuan eksportir kecil di India, terutama di negara bagian Gujarat, tempat kelahiran Perdana Menteri Narendra Modi. Dalam menanggapi situasi ini, pejabat Kementerian Perdagangan India menyatakan akan memberikan bantuan keuangan bagi eksportir yang terdampak, serta mendorong mereka untuk menjajaki pasar baru di China, Amerika Latin, dan Timur Tengah.
Penerapan tarif ini menyusul kegagalan India dan AS dalam mencapai kesepakatan selama lima putaran negosiasi. India semula optimis tidak akan terkena tarif yang tinggi, namun penilaian Trump yang berbeda akhirnya membawa konsekuensi berat bagi negara tersebut. Keputusan AS untuk mengenakan tarif lebih tinggi kepada India, yang dianggap terlalu dekat dengan Rusia, jelas menjadi sorotan di kalangan para pengamat perekonomian.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina, banyak negara Barat, termasuk AS, memberlakukan sanksi terhadap Rusia dan mendesak negara lain untuk turut memboikot produk-produk dari negara itu. Kebijakan ini menimbulkan ketegangan internasional, dan bagi India, situasi ini menjadi tantangan dalam menjaga hubungan baik dengan kedua belah pihak.
Dengan adanya tarif baru ini, beragam pihak mulai mempertanyakan masa depan hubungan India dan AS. Adu argumen antara pejabat kedua negara terkait kebijakan perdagangan ini juga mencerminkan perbedaan pandangan politik yang mendasar, yang bisa berdampak pada kerjasama bilateral ke depan.
Langkah Trump ini, selain menciptakan ketidakpastian bagi eksportir, juga membuat para pengamat politik dan ekonomi memperdebatkan dampaknya terhadap hubungan jangka panjang antara kedua negara. Dalam konteks ini, penting bagi India untuk merencanakan strategi jangka panjang untuk mengantisipasi pergeseran kebijakan dari mitra dagangnya.
Sementara itu, tindakan Gedung Putih ini menekankan perlunya negara-negara untuk lebih mematuhi standar politik internasional, seiring meningkatnya kecenderungan proteksionisme dalam kebijakan perdagangan global. Masyarakat internasional menantikan bagaimana India akan beradaptasi dan merespons situasi yang berkembang ini.