Trump Beri Ultimatum Terakhir bagi Hamas, PBB Lapor Situasi Gaza Makin Menyedihkan
Jakarta, CNN Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menetapkan batas waktu hingga Minggu malam (3/10) bagi Hamas untuk menerima proposal gencatan senjata dan pertukaran tahanan. Dalam pernyataan yang disampaikan, Trump menegaskan bahwa ini adalah “kesempatan terakhir” bagi kelompok Palestina tersebut, dengan ancaman akan ada “kehancuran total” jika kesepakatan tidak disetujui.
Pada Jumat (3/10), Trump memberikan ultimatum kepada Hamas untuk menerima kesepakatan yang diusulkannya paling lambat pukul 18.00 waktu setempat pada Minggu (5/10). Dia menyatakan bahwa kegagalan untuk menyetujui kesepakatan akan berakibat fatal bagi Hamas, yang sudah mengalami lebih dari 25.000 pasukan tewas akibat serangan yang dilancarkan sejak 7 Oktober (2023).
Dalam keterangan yang diunggah di platform media sosialnya, Truth Social, Trump menyatakan, “Sebagian besar sisa pasukan Hamas kini terjebak, hanya menunggu untuk diperintahkan maju agar mereka dimusnahkan.” Dia juga meminta agar warga Palestina yang tidak bersalah segera meninggalkan area yang berisiko dan mencari perlindungan di daerah yang dianggap lebih aman di Gaza.
Sementara itu, laporan terbaru dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menunjukkan bahwa situasi di Gaza semakin memburuk. Lebih dari 417.000 orang telah mengungsi dari wilayah utara Gaza sejak pertengahan Agustus, dengan kondisi di lokasi pengungsian semakin tidak aman. Tom Fletcher, kepala bantuan PBB, menyatakan bahwa “pertempuran masih berlanjut di Kota Gaza” dan mendesak perlunya akses tanpa hambatan bagi upaya kemanusiaan. “Banyak petugas kemanusiaan terpaksa menangguhkan operasi mereka, dan perintah pengungsian tidak membebaskan pihak-pihak yang berkonflik dari tanggung jawab,” katanya.
Israel telah memberlakukan blokade di Gaza selama hampir 18 tahun, yang semakin diperketat pada bulan Maret setelah menutup penyeberangan perbatasan, menghalangi pengiriman makanan dan obat-obatan ke wilayah tersebut. Akibat situasi ini, Gaza kini terancam kelaparan, dan sejak awal Oktober 2023, pengeboman Israel telah mengklaim nyawa hampir 66.300 warga Palestina, mayoritas di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.
PBB dan berbagai organisasi hak asasi manusia menggarisbawahi bahwa Gaza menjadi tidak layak huni, dengan penyebaran kelaparan dan penyakit pada tingkat yang mengkhawatirkan di tengah pengungsian yang masif.
Sementara tekanan internasional dan situasi kemanusiaan di Gaza semakin mendesak, perhatian dunia kini tertuju pada langkah-langkah apa yang akan diambil oleh Hamas dan respons selanjutnya dari pemerintah Israel. Dengan ultimatum yang diberikan Trump, masyarakat internasional berharap akan ada perkembangan yang positip untuk mengakhiri konflik yang telah berkepanjangan ini.