Serangan Besar-Besaran Rusia Hantam Kyiv, 10 Orang Tewas
Jakarta, CNN Indonesia – Rusia melancarkan serangan besar-besaran ke Ukraina, termasuk Ibu Kota Kyiv, pada Kamis (28/8) dini hari. Penyerangan ini melibatkan sekitar 629 drone dan rudal, mengakibatkan 10 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka. Ini merupakan serangan terbesar kedua Rusia sejak dimulainya invasi pada Februari 2022.
Menurut laporan militer Ukraina, serangan tersebut terdiri dari 598 drone berbahan peledak dan 31 rudal, termasuk dua rudal hipersonik Kinzhal serta sembilan rudal balistik. Otoritas setempat mencatat bahwa dari 10 korban tewas, salah satunya adalah seorang anak. Selain itu, lebih dari 30 orang mengalami luka, di antaranya anak-anak dan remaja.
Presiden Dewan Uni Eropa, Antonio Costa, mengkonfirmasi bahwa satu kantor perwakilan Uni Eropa di Kyiv juga mengalami kerusakan akibat serangan ini. Ia mengutuk tindakan agresi Rusia, terutama saat tengah berlangsung upaya negosiasi perdamaian. “Keprihatinan saya bersama para korban dan staf delegasi UE. Bangunan kami rusak karena serangan yang disengaja Rusia,” ucap Costa melalui platform X.
Costa menegaskan bahwa Uni Eropa tidak akan terintimidasi oleh agresi Rusia, bahkan hal ini justru menguatkan komitmen mereka untuk mendukung Ukraina. Ia juga membagikan foto-foto kerusakan pada kantor Uni Eropa pasca serangan tersebut.
Duta Besar Uni Eropa di Kyiv, Katarina Mathernova, menambahkan bahwa tidak ada staf kedutaannya yang terluka dalam serangan ini, meskipun kantor mereka mengalami kerusakan berat.
Serangan ini menjadi sorotan global dan mengundang kecaman dari berbagai pihak. Selain kerugian jiwa, dampak sosial dan psikologis dari serangan ini jelas dirasakan oleh warga Kyiv dan daerah sekitarnya. Berbagai laporan menyebutkan bahwa situasi di Ukraina semakin parah, terutama dengan meningkatnya intensitas serangan yang bertujuan untuk melemahkan pertahanan dan moral rakyat Ukraina.
Masyarakat internasional kini semakin mendesak tindakan tegas terhadap agresi Rusia. Banyak negara dan organisasi internasional menyerukan sanksi tambahan yang lebih ketat terhadap Moskow sebagai bentuk respons atas pelanggaran hak asasi dan agresi militer yang terus berlanjut.
Serangan ini terjadi di tengah upaya diplomatik untuk meredakan ketegangan yang sudah berlangsung lama antara Rusia dan Ukraina. Meskipun ada harapan untuk perdamaian, serangan-serangan semacam ini menunjukkan tantangan yang sangat besar dalam proses negosiasi.
Ke depan, masyarakat dunia akan terus memantau situasi di Ukraina dengan harapan bahwa upaya diplomasi dapat menemukan solusi yang berkelanjutan. Namun, ketidakpastian dan kekhawatiran akan serangan lanjutan tetap membayangi kehidupan sehari-hari warga Ukraina, termasuk di Kyiv.