Rusia Serang Ukraina dengan 85 Drone, Saat Trump dan Putin Berupaya Damai
Jakarta, CNN Indonesia – Pada Sabtu (16/8), Rusia melancarkan serangan massive dengan 85 drone ke berbagai wilayah Ukraina, termasuk Sumy, Donetsk, Chernihiv, dan Dnipropetrovsk. Serangan ini terjadi bersamaan dengan pertemuan antara Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang berlangsung di Alaska. Pertemuan tersebut bertujuan untuk membahas upaya perdamaian di Ukraina.
Angkatan Udara Ukraina mengonfirmasi bahwa mereka berhasil menghancurkan 61 dari total 85 drone yang menyerang. Meskipun ada keberhasilan dalam mempertahankan ruang udara Ukraina, serangan ini tetap menunjukkan intensitas konflik yang sedang berlangsung di kawasan tersebut.
Dalam konteks yang lebih luas, pertemuan Trump dan Putin dianggap tidak menghasilkan kesepakatan konkret terkait gencatan senjata atau langkah konkret untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung lama di Ukraina. Pertemuan selama tiga jam itu dinilai tidak membuahkan hasil yang jelas, meskipun Trump menyatakan bahwa diskusi berjalan positif dan konstruktif. Sebaliknya, Putin mengklaim ada kesepahaman yang dapat mengarah pada perdamaian di Ukraina, meskipun tidak ada bukti nyata yang memperkuat pernyataan tersebut.
Para analis mencatat bahwa Putin menikmati sejumlah keuntungan dari pertemuan itu. Salah satunya adalah sambutan karpet merah yang diberikan kepadanya di Amerika Serikat, serta perjalanan menggunakan limosin mewah, The Beast. Tradisi tersebut dikritik, mengingat ketegangan antara kedua negara, dan dinilai sebagai simbol penerimaan yang tidak biasa bagi seorang pemimpin dari negara yang memiliki hubungan tidak harmonis dengan AS.
Sementara itu, suasana di kalangan pejabat AS terlihat tegang. Trump, yang diharapkan bisa menekan Putin untuk membuat konsesi, tampak frustrasi pasca pertemuan. Meskipun upaya perdamaian terus dilakukan, kondisi di lapangan menunjukkan bahwa kedua belah pihak masih terpaku pada posisi masing-masing, dan permanyataan sekilas tentang potensi kesepahaman tidak banyak memberikan harapan bagi stabilitas di Ukraina.
Serangan ini menambah daftar panjang insiden kemanusiaan yang melanda Ukraina, di mana ribuan warga sipil terjebak dalam konflik yang berkepanjangan. Pengamat internasional berharap agar langkah diplomatik dapat membawa solusi yang berkelanjutan, namun situasi saat ini menunjukkan bahwa jalan menuju perdamaian masih panjang dan rumit.
Ketegangan antara Rusia dan Ukraina menunjukkan bahwa meskipun ada upaya diplomatik, tantangan di lapangan tetap signifikan. Serangan drone ini bukan hanya mencerminkan agresi militer, tetapi juga sebagai sinyal bahwa Rusia melanjutkan kebijakan luar negerinya dengan tegas tanpa menghiraukan tekanan internasional. Ke depan, perhatian dunia akan tertuju pada bagaimana kedua negara dapat mencapai kesepakatan yang menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan Eropa Timur.
Keberhasilan Ukraina dalam menghadapi serangan ini memberikan sedikit harapan, namun jelas bahwa situasi yang berkembang memerlukan kerjasama internasional yang lebih solid untuk mendorong resolusi konflik dan menciptakan kondisi aman bagi warga sipil di Ukraina.