Nasional

Rupiah Melemah Imbas Geopolitik dan Ekspektasi Penurunan Suku Bunga The Fed

Avatar photo
3
×

Rupiah Melemah Imbas Geopolitik dan Ekspektasi Penurunan Suku Bunga The Fed

Sebarkan artikel ini

Rupiah Melemah Dipengaruhi Geopolitik Global

Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Senin (21/9), melemah sebesar 10 poin atau 0,06% menjadi Rp16.611 per dolar AS. Pada saat yang sama, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga mencatatkan pelemahan, dari Rp16.578 menjadi Rp16.607 per dolar AS.

Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuabi, mengungkapkan bahwa kondisi ini dipicu oleh eskalasi geopolitik yang terjadi di Eropa dan Timur Tengah. Ia menjelaskan, dengan meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Ukraina, di mana Rusia melancarkan serangan sporadis, sentimen negatif terhadap mata uang rupiah semakin menguat.

“Situasi yang memanas ini dipengaruhi oleh pengakuan sejumlah negara terhadap Palestina, termasuk Inggris, Australia, dan Kanada. Ini membawa dampak negatif terhadap stabilitas kawasan,” ujar Ibrahim dalam pernyataan yang disampaikan melalui rekaman suara.

Lebih lanjut, dalam konteks global, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyampaikan melalui akun media sosialnya bahwa sejak pekan lalu, Rusia telah meluncurkan lebih dari 1.500 serangan dengan pesawat tanpa awak dan ratusan bom berpemandu. Teknologi militernya diduga berasal dari berbagai negara, termasuk Eropa dan AS. Zelenskyy memperingatkan bahwa jika Rusia tidak dihentikan, ancaman akan meluas ke negara-negara Eropa dan kawasan Indo-Pasifik.

Zelenskyy mendorong agar Uni Eropa menerapkan paket sanksi ke-19 terhadap Rusia sebagai bentuk respon, sambil mengklaim bahwa langkah tersebut diperlukan untuk memblokir semua rute pasokan persenjataan. Di sisi lain, pertemuan Sidang Majelis Umum PBB yang berlangsung di New York juga akan membahas isu Palestina, di mana beberapa negara Eropa diramalkan akan mengakui keberadaan negara Palestina.

Sementara itu, pemerintah Israel telah memperingatkan bahwa mereka akan mengambil langkah pencaplokan jika negara-negara tersebut tetap berkomitmen mengakui Palestina. Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, juga menyampaikan kepada Eropa dan negara lain bahwa mereka bisa menghadapi konsekuensi yang keras dari Israel jika mengakui Palestina, tanpa mengambil langkah tegas yang dapat menghentikan potensi pencaplokan oleh Israel.

Di tengah ketegangan ini, Ibrahim menambahkan bahwa ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) juga berkontribusi terhadap pelemahan rupiah. Diperkirakan penurunan suku bunga akan terjadi sebesar 25 basis poin pada Oktober 2025 dengan kemungkinan sekitar 80%. Penurunan suku bunga ini dianggap penting untuk meredakan tekanan lebih lanjut pada nilai tukar rupiah.

“Para ekonom memprediksi bahwa langkah ini akan diambil, dan Neel Kashkari dari The Fed telah menyatakan bahwa sekarang adalah waktu yang tepat untuk menurunkan suku bunga,” ucap Ibrahim menambahkan.

Dengan meningkatnya ketidakpastian geopolitik dan ekspektasi suku bunga di pasar global, pelaku pasar diharapkan tetap waspada dan memantau perkembangan situasi ini, terutama yang berkaitan dengan stabilitas nilai tukar rupiah.