Berita

Rektor UB Diminta Memecat Mahasiswa Terkait Konflik Pribadi dengan Eks Dosen UIN Malang

Avatar photo
1
×

Rektor UB Diminta Memecat Mahasiswa Terkait Konflik Pribadi dengan Eks Dosen UIN Malang

Sebarkan artikel ini

Rektor Universitas Brawijaya Diminta Pecat Mahasiswa MaProgram Doktor, Kontroversi Berlanjut

Malang – Timbulnya ketegangan antara eks dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, Imam Muslimin, dan mahasiswa Universitas Brawijaya, Nurul Sahara, mencuat ke permukaan usai Yai Mim meminta rektor universitas tersebut untuk memecat Sahara dari program doktor yang diikutinya. Permintaan ini berkaitan dengan dugaan kerugian yang dialaminya akibat tindakan Sahara, sehingga mengakibatkan dia dipecat dari posisinya sebagai dosen di UIN Malang.

Rektor Universitas Brawijaya, Prof. Widodo, mengungkapkan bahwa pihaknya telah mengawasi konflik ini dan mengakui bahwa informasi yang ada belum sepenuhnya jelas. “Kita sudah ada monitoring, cuma informasinya belum clear,” ujar Widodo dalam keterangan pada Minggu (5/10/2025).

Widodo menambahkan bahwa kasus ini merupakan persoalan pribadi yang telah dibawa ke ranah hukum. Meski demikian, sebagai institusi pendidikan, Universitas Brawijaya akan mengambil tindakan tegas jika terbukti adanya pelanggaran. “Universitas merupakan bagian dari masyarakat, kami akan mengambil langkah-langkah sesuai dengan koridor etik yang ada,” tegasnya.

Menurut Widodo, penyelesaian yang terbaik adalah menunggu proses hukum berlanjut. Dia menilai bahwa ini adalah persoalan pribadi antara dua individu dan sebaiknya diselesaikan oleh masyarakat setempat. “Dari proses hukum nantinya akan terlihat siapa yang benar dan siapa yang kurang benar. Intinya, ini permasalahan pribadi antar keluarga,” tambahnya.

Penelusuran tim detikJatim di Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDPT) menunjukkan bahwa Nurul Sahara terdaftar sebagai mahasiswa program doktor (S-3) di jurusan Ilmu Administrasi di Universitas Brawijaya. Dalam beberapa unggahan media sosial, Imam Muslimin mengekspresikan ketidakpuasannya terhadap Sahara yang dianggapnya merusak reputasi dan kariernya.

“Saya mohon keadilan, Prof Widodo, agar mahasiswa Bapak ini bisa dibina oleh UB. Bapak bertanggung jawab,” ujar Imam Muslimin mengungkapkan harapannya agar tindakan tegas dapat diambil terhadap Sahara.

Dalam salah satu unggahannya di Instagram, Imam Muslimin mencatumkan, “Assalamualaikum Pak Rektor, Nurul Sahara inilah yang menyebabkan saya dipecat.” Unggahan tersebut menjelaskan bahwa dia merasa dirugikan akibat viralnya sebuah video di TikTok yang dianggap merusak kariernya.

Aksi Imam Muslimin untuk meminta pemecatan Sahara juga mendapat tanggapan dari masyarakat. Kontroversi ini mencerminkan betapa pentingnya etika dan tanggung jawab di dunia akademis, serta bagaimana implikasi dari sebuah konflik pribadi dapat meluas ke ranah publik.

Situasi ini mengingatkan kita bahwa interaksi di media sosial kini telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, baik itu positif maupun negatif. Pihak Universitas Brawijaya menegaskan komitmennya untuk menjaga etika dan integritas institusi, sambil memantau perkembangan kasus ini secara cermat.

Sebagai penutup, masyarakat berharap agar pihak-pihak terkait dapat menyelesaikan masalah ini dengan bijak, tanpa mengorbankan reputasi institusi pendidikan yang seharusnya menjadi tempat pengembangan ilmu dan etika. Dengan demikian, diharapkan konflik seperti ini tidak terulang dan dapat menjadi pelajaran bagi semua pihak.