Pertemuan Bilateral Putin dan Kim Jong Un: Perkuat Hubungan Strategis di Tengah Peringatan 80 Tahun Perang Dunia II
Jakarta, CNN Indonesia — Presiden Rusia Vladimir Putin mengadakan pertemuan bilateral dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, pada Rabu (3/9). Pertemuan ini berlangsung di Beijing, China, di tengah perayaan 80 tahun berakhirnya Perang Dunia II. Dalam kesempatan tersebut, keduanya terlihat akrab, saling berjabatan tangan dan mengungkapkan pujian satu sama lain.
Putin menyambut kedatangan Kim dengan ungkapan hangat, “Kami menunggu Anda.” Pernyataan ini menandai hubungan erat yang terus terjalin antara kedua negara, terutama dalam konteks situasi geopolitik terkini. Selain itu, Putin memberikan apresiasi khusus terhadap tentara Korea Utara yang dikabarkan telah berpartisipasi dalam konflik di Ukraina, menyebut mereka sebagai “heroik.”
“Diketahui bahwa pasukan khusus Anda ikut serta dalam pembebasan wilayah Kursk,” ujar Putin, merujuk pada dukungan militer yang diberikan oleh Korut. Ia menambahkan, “Saya ingin mencatat bahwa prajurit Anda bertempur dengan gagah berani dan heroik.” Ungkapan ini menunjukkan pengakuan Rusia terhadap kontribusi militer Korut dalam upaya mereka menghadapi Ukraina.
Hubungan antara Korea Utara dan Rusia semakin menguat setelah kedua negara menandatangani perjanjian pertahanan pada September tahun lalu. Salah satu poin krusial dalam kesepakatan tersebut adalah kesediaan untuk mengerahkan tentara dalam situasi darurat yang mengancam keselamatan negara sekutunya. Meskipun hubungan ini terjalin di tengah ketegangan global, keduanya tampaknya berbagi visi yang sama dalam mempertahankan kepentingan nasional masing-masing.
Informasi dari intelijen Korea Selatan dan negara-negara Barat menunjukkan bahwa lebih dari 10.000 tentara Korea Utara telah dikirim ke Rusia untuk mendukung upaya perangnya di Ukraina. Pasukan ini, sejumlah di antaranya telah dipindahkan ke Kursk, menghadapi tantangan besar di medan perang. Laporan menunjukkan tingginya angka korban di kalangan mereka, yang diakibatkan oleh kurangnya pelatihan dan ketidakpahaman dalam penggunaan senjata modern.
Sebelum pernyataan resmi ini, baik pihak Korut maupun Rusia sempat membantah adanya laporan mengenai kerugian militer mereka. Namun, beberapa minggu lalu, media Korea Utara menayangkan foto dan video Kim Jong Un yang memberikan penghormatan kepada prajurit-prajuritnya yang telah gugur. Hal ini menunjukkan kesadaran akan realitas di lapangan dan upaya untuk mengangkat moral pasukan.
Seiring dengan meningkatnya ketegangan global dan perubahan lanskap geopolitik, pertemuan antara Putin dan Kim Jong Un mencerminkan pentingnya aliansi strategis antara kedua negara. Kedua pemimpin ini tampaknya berkomitmen untuk memperkuat kerja sama di berbagai bidang, termasuk militer, meskipun dunia internasional terus mengawasi dengan cermat langkah-langkah mereka.
Langkah ini bisa jadi mencerminkan upaya Rusia untuk memperluas dukungan dari negara-negara sekutu dalam menghadapi tekanan dari Barat, terutama dalam konteks konflik yang berkepanjangan di Ukraina. Keterlibatan militer Korea Utara dapat menjadi faktor penting dalam dinamika ini, meskipun risikonya tetap tinggi bagi setiap pihak yang terlibat dalam konflik.
Dengan pertemuan ini, Putin dan Kim berupaya menegaskan posisi mereka di pentas dunia dan menunjukkan solidaritas di antara negara-negara yang sering dianggap terpinggirkan oleh kekuatan global lainnya. Hal ini akan menjadi perhatian penting bagi berbagai negara lain dalam menilai arah politik kedua pemimpin ini ke depan.