Demonstrasi Besar di Brasil Tuntut Pertanggungjawaban Usai Operasi Polisi yang Mematikan
Ratusan warga Brasil melakukan protes di Rio de Janeiro sebagai respons terhadap operasi penegakan hukum yang mematikan, yang mengakibatkan tewasnya 132 orang. Aksi unjuk rasa ini terjadi di dekat Gedung Pemerintahan Penha, di mana massa mengibarkan bendera Brasil dengan cap tangan merah sebagai simbol penolakan terhadap kekerasan.
Warga berteriak, “Pembunuh! Pembunuh!” mengekspresikan kemarahan terhadap tindakan polisi yang dianggap berlebihan. Salah satu peserta aksi, Barbara Barbosa, seorang ibu yang kehilangan anaknya akibat operasi tersebut, menilai bahwa tindakan polisi lebih mirip “pembantaian” ketimbang upaya penegakan hukum. “Ini bukan tentang menangkap orang yang diduga terlibat dalam kriminalitas. Ini sudah diluar batas,” ujarnya.
Protes ini pun didukung oleh aktivis hak asasi manusia, Rute Sales, yang mempertanyakan apakah Brasil kini menerapkan hukuman mati dengan mempertontonkan korban jiwa dalam operasi tersebut. “Apakah kita punya hukuman mati?” tanyanya, menyoroti situasi mengkhawatirkan yang terjadi di lapangan.
Aksi demonstrasi ini mencuat usai pihak kepolisian Brasil melaksanakan operasi besar-besaran untuk memberantas kartel narkoba, khususnya Komando Merah (Comando Vermelho). Operasi tersebut melibatkan ratusan personel polisi, helikopter, kendaraan lapis baja, serta drone. Tindakan ini dilakukan untuk menyerang markas gangster yang dicurigai berperan dalam peredaran narkoba dan kekerasan di kawasan tersebut.
Presiden Brasil, Lula da Silva, mengingatkan agar operasi penegakan hukum tidak mengorbankan keselamatan warga sipil maupun anggotanya. “Kita butuh kerja sama yang terarah untuk memukul pusat perdagangan narkoba tanpa mengorbankan nyawa polisi, anak-anak, dan keluarga yang tak bersalah,” tegasnya di media sosial. Presiden Lula juga menambahkan, “Kita tidak boleh membiarkan kejahatan terorganisir menghancurkan keluarga, menindas warga, dan menyebarkan narkoba serta kekerasan.”
Operasi ini memicu keresahan di kalangan masyarakat. Banyak laporan yang menyebutkan bahwa puluhan korban ditemukan dengan kondisi mengenaskan, seperti eksekusi, luka bakar, dan dalam keadaan terikat. Albino Pereira, pengacara yang mewakili beberapa keluarga korban, mengatakan bahwa beberapa jenazah menunjukkan tanda-tanda penyiksaan.
Kekhawatiran tentang penguasaaan kekuatan oleh pihak berwenang di Brasil telah meningkat selama beberapa waktu. Opini publik saat ini berfokus pada kebutuhan akan reformasi dalam prosedur penegakan hukum agar lebih manusiawi dan menghormati hak asasi semua individu, terlepas dari latar belakang mereka.
Dengan situasi yang terus memanas, tuntutan agar Gubernur Rio de Janeiro mundur menjadi semakin kuat di kalangan demonstran. Akankah pemerintah Brasil mendengarkan suara rakyat dan mengambil langkah untuk mengubah kebijakan ini? Waktu akan menjawab, tetapi satu hal yang pasti: masyarakat Brasil menuntut keadilan dan perlindungan bagi nyawa warga sipil yang tak bersalah.








