Ratusan Pengusaha Inggris Desak Pemerintah Bertindak Terhadap Israel di Gaza
Ratusan pengusaha dan profesional terkemuka di Inggris mendesak pemerintah setempat untuk bertindak tegas terhadap Israel terkait tindakan yang mereka sebut sebagai genosida terhadap warga Palestina di Jalur Gaza. Hingga saat ini, lebih dari 700 orang telah menandatangani pernyataan yang menyerukan embargo senjata dan sanksi terhadap Israel.
Aksi ini dipicu oleh eskalasi konflik di Gaza, di mana lebih dari 60.000 warga Palestina telah tewas dalam 22 bulan terakhir. Para pengusaha menyerukan agar Inggris segera menghentikan seluruh perdagangan senjata dengan Israel dan menjatuhkan sanksi kepada pihak-pihak yang dinyatakan melanggar hukum internasional, termasuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang kini menjadi buronan Mahkamah Pidana Internasional.
Dalam pernyataannya, mereka menekankan perlunya sistem penyaringan yang ketat untuk memastikan bahwa Inggris tidak secara tidak langsung membiayai perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam konflik ini. Mereka juga mendesak agar prinsip-prinsip Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai bisnis dan hak asasi manusia diterapkan di seluruh sistem ekonomi Inggris.
“Kami memandang ini bukan hanya sebagai tanggung jawab moral, tetapi juga sebagai kewajiban profesional. Tindakan ini demi kepentingan ketahanan sosial dan ekonomi jangka panjang,” ungkap pernyataan tersebut, sebagaimana dilansir dari Aljazeera.
Di antara tokoh yang turut menandatangani pernyataan ini adalah mantan penasihat kerajaan Jonathon Porritt CBE dan tokoh filantropis Paul Polman. Garfunkel, salah satu penandatangan, berasal dari keluarga korban Holocaust dan menegaskan bahwa semua orang berhak diperlakukan secara adil, terlepas dari identitas etnis atau latar belakang mereka.
“Saat ini adalah waktu bagi para pemimpin bisnis untuk menunjukkan keberanian dan menggunakan pengaruh mereka demi penegakan hukum internasional,” ujarnya. Mengingat situasi di Gaza, yang terus memburuk akibat invasi Israel dan blokade yang berlangsung, Garfunkel menjelaskan bahwa setiap individu harus berjuang untuk hak asasi manusia.
Sementara itu, Jonathon Porritt menekankan bahwa situasi yang terjadi di Gaza berada di luar batas toleransi. “Ini adalah genosida terhadap rakyat Palestina, terutama di Gaza,” tegasnya. Ia menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan harus mendukung pencapaian dan pemeliharaan hak asasi manusia di negara-negara tempat mereka beroperasi.
Dengan terus bertambahnya jumlah profesional yang menandatangani pernyataan ini, semakin jelas bahwa ada dorongan kuat dari kalangan bisnis di Inggris untuk mengubah kebijakan luar negeri mereka terhadap Israel. Hal ini mencerminkan kepedulian yang mendalam terhadap isu-isu kemanusiaan dan keadilan global.
Di tengah krisis yang merebak, aktivis dan bisnis dituntut untuk berpikir kritis mengenai peran mereka, dan mengedepankan kepentingan kemanusiaan di atas segala sesuatunya. “Bisnis tidak dapat berhasil di masyarakat yang hancur,” pungkas Polman, mengingatkan bahwa setiap tindakan kini memiliki konsekuensi yang sangat signifikan.
Seruan ini adalah bagian dari gerakan yang lebih besar untuk menuntut akuntabilitas dan keadilan, tidak hanya untuk rakyat Palestina tetapi juga untuk mentaati prinsip-prinsip hak asasi manusia secara universal.