Berita

Pengaruh Bahasa Belanda dalam Kosakata Sehari-hari Bahasa Jawa

Avatar photo
7
×

Pengaruh Bahasa Belanda dalam Kosakata Sehari-hari Bahasa Jawa

Sebarkan artikel ini

Pengaruh Bahasa Belanda dalam Bahasa Jawa: Jejak Sejarah yang Hidup

Surabaya – Banyak orang asing dengan fakta bahwa beberapa kata dalam bahasa Jawa yang sering digunakan sehari-hari memiliki akar dari bahasa Belanda. Pengaruh ini merupakan salah satu jejak sejarah masa kolonial yang membentuk interaksi antara kedua bangsa dan meninggalkan warisan linguistik yang masih relevan hingga kini.

Selama lebih dari tiga abad penjajahan, masyarakat Jawa berinteraksi dengan bangsa Belanda dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pemerintahan, perdagangan, pendidikan, dan budaya. Hal ini menyebabkan masuknya kosakata Belanda ke dalam bahasa Jawa, yang kemudian diserap dan disesuaikan dengan budaya lokal. Menariknya, sejumlah kata mengalami perubahan makna, mencerminkan adaptasi masyarakat terhadap istilah asing sesuai konteks lokal.

Beberapa kosakata serapan tersebut masih digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat Jawa. Berikut adalah beberapa contoh kata dalam bahasa Jawa yang berasal dari bahasa Belanda:

  1. Potlot: Kata ini berasal dari bahasa Belanda potlood, yang berarti “pensil”. Dalam konteks sehari-hari, masyarakat Jawa menggunakan istilah ini untuk menyebut pensil kayu.

  2. Sepur: Berasal dari kata spoor yang berarti “rel kereta”. Dalam bahasa Jawa, arti kata ini beralih menjadi “kereta api”, menunjukkan bagaimana istilah asing diadaptasi ke dalam konteks lokal.

  3. Pit: Kata ini digunakan untuk menyebut sepeda, yang diambil dari kata Belanda fiets. Istilah ini menunjukkan kekayaan kosakata yang ada dalam bahasa Jawa.

  4. Setip: Berasal dari kata stuf yang berarti “penghapus”. Kata “setip” masih sering digunakan oleh anak sekolah dan masyarakat umum di Jawa.

  5. Prei: Dalam bahasa Jawa, kata ini berarti waktu libur. Asalnya dari kata Belanda vrij, yang berarti “bebas”. Dalam konteks budaya Jawa, “bebas dari pekerjaan” dimaknai sebagai “libur”.

  6. Sempak: Kata ini berasal dari zwempak, yang berarti “baju renang”. Dalam bahasa Jawa, maknanya berubah menjadi “celana dalam”.

  7. Duit: Kata yang dikenal luas di Indonesia ini dulunya merupakan nama mata uang kecil di zaman kolonial Belanda, dan kini digunakan sebagai istilah umum untuk “uang”.

  8. Pulpen: Berasal dari kata vulpen, yang berarti “pena isi ulang”. Meski istilah ini lebih dikenal secara umum untuk bolpoin, namun sebenarnya kedua benda ini berbeda.

  9. Blek: Digunakan untuk menyebut wadah berbahan kaleng, berasal dari kata Belanda blik, yang berarti “kaleng”. Istilah ini masih sering digunakan dalam perdagangan makanan tradisional.

  10. Tekel: Kata ini berasal dari tegel, yang berarti “ubin”. Dalam konteks percakapan masyarakat Jawa, istilah ini digunakan untuk menyebut lantai keramik.

  11. Ngenes: Kata ini sering digunakan untuk mengekspresikan perasaan sedih. Ternyata, asalnya dari kata Belanda ongeneeslijk, yang bermakna “tidak bisa disembuhkan”.

  12. Hop!: Sering digunakan dalam situasi tertentu untuk menyuruh berhenti, berasal dari frase Belanda hou op yang berarti “berhenti”. Adaptasi ini menunjukkan bagaimana bunyi dan penggunaan berkembang seiring waktu.

Contoh-contoh tersebut hanya sebagian dari pengaruh bahasa Belanda dalam bahasa Jawa. Dalam aspek kehidupan sehari-hari, dari ruang kelas hingga dapur rumah tangga, pengaruh ini terus hidup meski tidak disadari oleh banyak orang. Hal ini mencerminkan kekayaan bahasa Indonesia, serta perjalanan panjang sejarah yang telah membentuk identitas masyarakat.

Dengan memahami asal-usul kosakata ini, kita tidak hanya merayakan keanekaragaman bahasa, tetapi juga menghargai sejarah dan budaya yang membentuknya. Ini menjadi penting untuk menjaga keberlanjutan bahasa dan budaya kita di tengah arus globalisasi.