Internasional

Paus Leo XIV Kutuk Serangan Israel dan Dukung Palestina Setelah Serangan di Gereja Gaza

Avatar photo
4
×

Paus Leo XIV Kutuk Serangan Israel dan Dukung Palestina Setelah Serangan di Gereja Gaza

Sebarkan artikel ini

Paus Leo XIV mengecam keras serangan Israel yang menargetkan Gereja Keluarga Kudus di Jalur Gaza, yang baru-baru ini mengakibatkan kematian tiga orang, termasuk Pastor Gabriele Romanelli. Ini merupakan respon nyata dari Vatikan terhadap escalasi kekerasan yang terjadi, yang turut mengganggu ketentraman masyarakat sipil di kawasan tersebut. Dengan situasi sosial-politik yang semakin memprihatinkan, suara pemimpin agama ini kembali mengajak masyarakat internasional untuk lebih peduli terhadap korban konflik.

Dalam pernyataannya, Paus Leo XIV menyoroti kebiadaban yang terjadi akibat perang, menegaskan bahwa serangan tersebut bukan sekadar insiden, tetapi merupakan bagian dari pola kekerasan yang melanggar hukum humaniter internasional. Ia menyerukan perlunya perlindungan terhadap warga sipil dan tempat-tempat suci, sambil menekankan bahwa bantuan kemanusiaan yang memadai harus segera diberikan kepada mereka yang paling rentan di Gaza.

Panggilan telepon antara Paus Leo XIV dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas bukan hanya sekadar formalitas. Ini menjadi sinyal kuat keterlibatan Vatikan dalam berbagi keprihatinan terhadap situasi di wilayah yang dilanda konflik tersebut. Dalam percakapan tersebut, Paus meminta agar perhatian dunia tidak teralihkan dari penderitaan yang dialami rakyat Palestina akibat agresi yang terus berlanjut. “Kami tidak hanya sekadar menyaksikan, kami merasa tergerak untuk bertindak,” ungkap Paus.

Latar belakang serangan ini menjadi sorotan, terutama setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan penyesalan atas kejadian tragis tersebut. Namun, pernyataan itu tak lantas meredakan keresahan di kalangan masyarakat, baik di dalam negeri maupun internasional. Kardinal Pietro Parolin dari Vatikan meragukan pernyataan Netanyahu dan mengisyaratkan bahwa serangan tersebut mungkin disengaja. Hal ini menyiratkan adanya keraguan dan ketidakpercayaan di kalangan tokoh agama terhadap klaim resmi Israel.

Kunjungan Kardinal Pierbattista Pizzaballa ke Gaza menunjukkan komitmen Vatikan dalam mendukung rakyat Palestina. Kegiatan tersebut tidak hanya bersifat simbolis tetapi juga berfungsi untuk memberikan harapan kepada masyarakat yang terdampak. Dengan langsung mengunjungi lokasi serangan, ia berusaha menyampaikan pesan bahwa gereja tetap bersolidaritas dengan mereka yang mengalami kesusahan.

Kondisi di Gaza kian memprihatinkan, dengan banyak warga sipil yang terjebak di tengah perang. Penyerangan ke gereja Katolik ini menjadi momentum bagi dunia untuk mengenali betapa kerentanan situasi di wilayah tersebut mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat. Seperti yang diungkapkan Kardinal Pizzaballa, “Kami bukan sasaran, namun hampir semua orang di sini tidak percaya bahwa ini sebuah kesalahan.” Ungkapan ini menggambarkan kebingungan dan ketidakpastian yang dirasakan banyak orang di sana.

Dalam konteks sosial-politik Indonesia, peristiwa ini mengingatkan kita akan pentingnya solidaritas dengan masyarakat yang tertekan oleh konflik. Suara dari para pemimpin agama, termasuk Paus, harus menjadi ikhtiar bagi kita semua untuk lebih peka dan peduli terhadap keadaan di belahan dunia lain. Memahami dan mengadvokasi keadilan bagi masyarakat yang terpinggirkan adalah langkah krusial untuk menciptakan perdamaian yang berkelanjutan. Seiring ketegangan global yang kian meningkat, mari kita berupaya bersama untuk menyuarakan harapan bagi perdamaian dan kemanusiaan.