Wisata

Pantai Serang, Blitar: Ritual, Ombak, dan Jejak Kehidupan di Ujung Selatan

Avatar photo
15
×

Pantai Serang, Blitar: Ritual, Ombak, dan Jejak Kehidupan di Ujung Selatan

Sebarkan artikel ini

Jika Anda menelusuri arah selatan dari Kota Blitar, sejauh empat puluh kilometer melewati ladang dan kebun cengkeh, Anda akan tiba di sebuah kawasan yang seperti luput dari peta wisata arus utama: Pantai Serang. Terletak di Desa Serang, Kecamatan Panggungrejo, pantai ini tidak hanya menawarkan lanskap Samudra Hindia yang memesona, tetapi juga menyimpan denyut kebudayaan lokal yang masih hidup, setiap kali bulan Suro menjelang.

Pantai Serang bukan satu pantai tunggal. Ia terdiri dari tiga komplek pantai yang membentang dari timur ke barat, seakan membentuk trilogi lanskap: pantai utama, pantai pasir putih kecil di balik bukit, dan pantai ketiga yang lebih luas dan lebih sepi. Masing-masing memiliki karakternya sendiri, seolah mewakili tiga babak dalam satu cerita pesisir.

Pantai utama adalah yang paling ramai, terutama saat ritual larung saji digelar pada tanggal 1 Suro. Upacara ini adalah bentuk syukur nelayan dan warga terhadap laut dan hasil tangkapan, sekaligus sebagai ikhtiar spiritual terhadap keselamatan. Tidak heran jika pantai ini juga menjadi titik acuan bagi sebagian warga dalam menentukan awal Ramadhan dan hari Raya, sebuah praktik yang menggabungkan alam, astronomi tradisional, dan kepercayaan lokal.

Pasir putih membentang dari ujung ke ujung, dihiasi jejak-jejak kaki anak-anak yang berlarian, dan di kejauhan, perahu nelayan tertambat seperti titik-titik hitam di permukaan laut biru. Aktivitas pengunjung di sini cukup beragam: berenang, berperahu, memancing, atau sekadar duduk diam menatap garis horison yang seperti tak pernah selesai. Di musim liburan, suasana memang sedikit lebih ramai, tetapi jika Anda datang di hari biasa, Pantai Serang bisa terasa seperti milik pribadi.

Melintasi bukit di sebelah barat pantai utama, pengunjung akan menemukan pantai kedua. Lebih kecil, lebih sepi, namun memiliki pesona yang lebih intim. Pasirnya halus dan putih, air lautnya jernih, dan karena lokasinya tersembunyi, tempat ini sering dipilih para pelancong yang mencari ketenangan. Tempat ini juga ideal untuk berkemah, berfoto, atau sekadar menikmati suara laut tanpa gangguan.

Lebih jauh lagi, terbentang pantai ketiga yang dulunya dikenal karena batu-batu putihnya yang mengilap—warga setempat menyebutnya “batu lintang”. Sayangnya, kilauan itu kini tinggal dalam kenangan, setelah eksploitasi material tambang mengikis pesonanya. Meski begitu, pantai ini tetap memikat: lebih luas, landai, dan memiliki gelombang yang lebih jinak. Beberapa bagian pantainya cocok untuk anak-anak bermain, asalkan tetap dalam pengawasan orang dewasa.

Di seberang pasir, sekitar 20 meter dari bibir pantai, berdirilah perkampungan nelayan yang dijaga dua bukit kecil di kanan-kirinya. Di sinilah denyut kehidupan lokal berdenyut setiap hari. Para lelaki bangun sebelum fajar, mengayuh kapal ke tengah laut, kembali saat matahari mulai tinggi. Anak-anak kecil berlarian di dermaga, dan para perempuan menjemur hasil tangkapan, menambal jaring, atau menyiapkan makan siang untuk keluarga.

Di sisi kiri teluk, terdapat karang besar yang sering digunakan para pemancing. Bila Anda datang membawa alat pancing, tempat ini adalah surganya. Tak sedikit pula nelayan pencari lobster yang menyelam dengan alat bantu sederhana berupa selang panjang yang mengalirkan udara dari permukaan. Ini adalah teknik lama yang diwariskan secara turun-temurun dan menjadi semacam ritual harian yang nyaris tak berubah sejak puluhan tahun lalu.

Bagi wisatawan, akses menuju Pantai Serang cukup mudah. Dari pusat kota Blitar, Anda bisa mengambil jalur ke arah Kecamatan Wonotirto lalu mengikuti petunjuk arah ke Serang. Jalanan sebagian besar sudah beraspal baik, meski di beberapa titik menuju pantai, Anda harus bersiap menghadapi medan yang agak sempit dan menanjak. Namun semua itu terbayar lunas ketika suara debur ombak mulai terdengar.

Fasilitas yang tersedia cukup lengkap: area parkir luas, warung-warung makan yang menyajikan olahan seafood segar, toilet umum, dan beberapa penginapan sederhana bagi yang ingin bermalam. Pemerintah setempat terus berupaya memperbaiki infrastruktur wisata tanpa merusak keseimbangan ekologis dan budaya setempat. Jika Anda tertarik dengan wisata edukatif, Anda bisa berinteraksi langsung dengan warga lokal, belajar tentang cara membuat jaring ikan atau sekadar mendengar cerita-cerita dari para sesepuh desa yang masih ingat bagaimana pantai ini dulu dijaga oleh mitos dan tabu.

Bagi fotografer, senja di Pantai Serang adalah waktu terbaik. Langit memerah, laut seperti membeku dalam cahaya keemasan, dan bayangan kapal nelayan membentuk siluet yang dramatis. Untuk peziarah spiritual, tanggal 1 Suro adalah momentum paling sakral. Dan bagi para pencari sunyi, hari biasa adalah waktu ideal untuk merasakan laut dalam diamnya yang paling jujur.

Panduan Praktis Berkunjung ke Pantai Serang

Lokasi: Desa Serang, Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Blitar, Jawa Timur
Jarak tempuh: ±40 km dari pusat Kota Blitar (sekitar 1,5 jam perjalanan dengan kendaraan pribadi)
Tiket masuk: Bervariasi antara Rp 5.000 – Rp 10.000 per orang (tergantung hari libur atau tidak)
Parkir: Tersedia untuk motor, mobil, dan bus kecil
Fasilitas:

  • Warung makan

  • Toilet dan kamar bilas

  • Mushola

  • Tempat sampah (bantu jaga kebersihan!)

  • Penginapan sederhana (disarankan reservasi lebih dahulu saat libur panjang)

Aktivitas yang direkomendasikan:

  • Menikmati sunrise dan sunset

  • Mancing di batu karang

  • Berperahu bersama nelayan lokal

  • Belajar tradisi larung saji

  • Mencoba kuliner khas pesisir Blitar

  • Mendokumentasikan aktivitas warga dan lanskap

Tips tambahan:

  • Hindari berenang terlalu ke tengah karena arus Samudra Hindia terkenal kuat

  • Bawa sandal pantai dan sunblock

  • Jangan lupa bawa uang tunai, karena belum banyak toko menerima pembayaran digital

  • Bila ingin ikut larung saji, datanglah saat malam 1 Suro dan tanya warga setempat tentang jadwal pasti

Pantai Serang bukan sekadar tujuan rekreasi. Ia adalah pelabuhan sunyi, saksi sejarah lokal, dan ruang terbuka bagi siapa pun yang ingin menyentuh laut sambil tetap mendengar napas kampung. Datanglah dengan hati tenang dan pulanglah dengan cerita yang tak bisa dibeli oleh tiket pesawat atau aplikasi liburan. Sebab di tempat seperti inilah, makna perjalanan menemukan bentuknya yang paling jujur.