Hamas Tegaskan Kemampuan Amankan Wilayah Palestina Sendiri
Kairo – Hamas menyatakan bahwa rakyat Palestina memiliki kemampuan untuk menjaga keamanan wilayahnya tanpa perlu didampingi oleh pasukan internasional, yang seharusnya berfokus pada perlindungan terhadap warga sipil dari agresi Israel. Hal ini diungkapkan oleh Mousa Abu Marzouk, kepala departemen hubungan internasional Hamas, dalam wawancara dengan media RIA Novosti pada Selasa.
Marzouk menegaskan bahwa sejak awal perjanjian gencatan senjata, pasukan penegak hukum Jalur Gaza telah aktif mengejar provokator kerusuhan untuk menciptakan situasi yang aman. “Kami, rakyat Palestina, mampu menjaga keamanan kami sendiri,” ujarnya. Ia menekankan pentingnya membentuk pasukan internasional yang bertugas melindungi warga Palestina dari tindakan militer Israel yang seringkali menciptakan ketidakstabilan.
Lebih lanjut, Marzouk menyatakan bahwa kehadiran militer Israel di Jalur Gaza justru menjadi penghalang utama bagi stabilitas. “Akar penyebab ketidakstabilan di Jalur Gaza adalah tentara Israel, dan penarikan penuhnya dari wilayah ini sangat penting untuk menciptakan situasi yang stabil dan aman,” tambahnya.
Ketegangan di Jalur Gaza semakin meningkat setelah pasukan Israel menuduh Hamas menembakkan rudal anti-tank serta melakukan serangan terhadap tentara Israel yang mereka sebut sebagai pelanggaran gencatan senjata. Pada 19 Oktober, militer Israel merespons dengan serangan terhadap sejumlah target Hamas di wilayah tersebut. Ketegangan ini terjadi setelah perjanjian gencatan senjata baru saja berlaku pada 10 Oktober.
Seiring dengan situasi yang sulit, pertemuan tingkat tinggi diadakan pada 13 Oktober, di mana Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, berserta pemimpin negara lain seperti Presiden Mesir Abdel Fattah Sisi, Emir Qatar Tamim bin Hamad Al Thani, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, menandatangani deklarasi gencatan senjata untuk kawasan Gaza.
Sehubungan dengan gencatan senjata, Hamas telah membebaskan 20 sandera yang ditahan sejak 7 Oktober 2023. Sebagai imbalannya, Israel telah membebaskan 1.718 tahanan Palestina dan 250 tahanan lainnya yang menjalani hukuman jangka panjang. Saat ini, Hamas juga sedang mengembalikan jenazah para sandera yang meninggal selama penahanan ke Israel, dengan total 28 jenazah yang tersisa untuk dikembalikan berdasarkan perjanjian yang disepakati.
Marzouk menggarisbawahi bahwa Hamas memiliki segala sarana yang diperlukan untuk menjaga keamanan internal di wilayahnya. Ia berharap masyarakat internasional dapat memberikan tekanan kepada Israel agar mematuhi aturan gencatan senjata dan menghentikan tindakan kekerasan yang merugikan warga sipil Palestina.
Isu ini lebih dari sekedar konflik wilayah; ia merupakan pertarungan untuk hak dan keamanan bagi rakyat Palestina yang terus berjuang dalam kondisi yang tidak menentu. Menjaga stabilitas di Jalur Gaza adalah tantangan yang harus dihadapi oleh semua pihak terkait, agar tercipta perdamaian yang berkelanjutan di kawasan tersebut.









