Rafale India Ditembak Jatuh oleh Pesawat Tempur Pakistan dengan J-10C
Jakarta, CNN Indonesia – Militer Pakistan berhasil menembak jatuh pesawat tempur Rafale buatan Prancis milik India dalam aksi yang mengguncang dunia internasional. Serangan ini dilakukan menggunakan jet tempur J-10C yang diproduksi China, dan mencerminkan peningkatan taktik serta teknologi yang dimiliki Pakistan dalam konfrontasi udara.
Dalam pengakuan kepada Reuters, dua pejabat militer India dan tiga pejabat Pakistan menjelaskan bahwa kinerja pesawat Rafale tidak ada masalah yang signifikan, sehingga jatuhnya pesawat tersebut lebih dipengaruhi oleh kesalahan intelijen. India salah memperkirakan jangkauan rudal PL-15 yang diluncurkan dari J-10, meyakini bahwa rudal tersebut hanya dapat ditembakkan dari jarak maksimal 150 km. Namun, pada kenyataannya, rudal itu dilepaskan dari jarak sekitar 200 km atau lebih, mengejutkan para pilot India yang merasa aman dari jangkauan tembak.
Seorang pejabat Angkatan Udara Pakistan (PAF) menyatakan bahwa dalam serangan tersebut, mereka juga menggunakan perangkat elektronik yang mengacaukan sistem komunikasi milik India. Meskipun demikian, pihak India membantah efektivitas perangkat tersebut. “Kami menyergap mereka,” ungkap pejabat PAF tersebut, menegaskan taktik kejutan yang diaplikasikan dalam operasi tersebut.
Laporan dari delapan pejabat pemerintah Pakistan dan dua pejabat India menyatakan bahwa kemampuan Pakistan tidak hanya terletak pada jangkauan misilnya, tetapi juga pada integrasi sistem radar udara, pengawasan darat, serta satelit dalam satu jaringan tempur yang canggih. Mereka berhasil menghubungkan sistem Data Link 17 milik China dengan pesawat pengintai buatan Swedia. Dengan cara ini, pesawat J-10 Pakistan dapat menonaktifkan radar mereka sendiri, sementara tetap memperoleh informasi radar dari pesawat pengintai yang beroperasi di luar jangkauan Indonesia.
Sementara itu, India dikabarkan sedang merancang jaringan serupa namun menghadapi tantangan signifikan akibat pengadaan sistem senjata dari berbagai negara yang berbeda, yang menghambat efektivitas operasional ke depan.
Kejadian ini diakui oleh Marsekal Udara Purnawirawan Greg Bagwell dari Inggris sebagai bukti bahwa tidak ada satu negara pun yang memiliki superioritas teknologi militer mutlak. “Pemenangnya adalah pihak yang memiliki kesadaran situasional terbaik,” ujarnya, menggarisbawahi pentingnya pemahaman situasi dalam pertempuran modern.
Peristiwa ini menunjukkan dinamika dan kompleksitas perang udara saat ini, di mana teknologi dan strategi intelijen berperan penting. Selain itu, serangan ini juga mencerminkan bagaimana hubungan geopolitik dan aliansi internasional turut memengaruhi kemampuan tempur suatu negara.
Ke depan, perhatian akan tertuju pada upaya kedua negara dalam meningkatkan atau memperbaiki strategi mereka, serta teknologi yang digunakan, di tengah ketegangan yang masih berlangsung antara Pakistan dan India.