Internasional

Netanyahu: Singkirkan Pemimpin Hamas untuk Akhiri Perang Gaza

Avatar photo
2
×

Netanyahu: Singkirkan Pemimpin Hamas untuk Akhiri Perang Gaza

Sebarkan artikel ini

Netanyahu Sebut Penghilangan Pemimpin Hamas Kunci Akhiri Perang di Gaza

Jakarta, CNN Indonesia – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa tindakan menyingkirkan pemimpin Hamas adalah langkah penting untuk mengakhiri konflik yang berkepanjangan di Gaza, Palestina. Dalam pernyataannya di media sosial X pada Sabtu (13/9), Netanyahu menegaskan, “Para pemimpin teroris Hamas yang berada di Qatar tidak peduli dengan rakyat di Gaza. Mereka memblokir semua upaya gencatan senjata demi memperpanjang perang yang tak kunjung usai.”

Menurut Netanyahu, penghapusan para pemimpin Hamas akan menghilangkan hambatan utama dalam negosiasi untuk membebaskan para sandera Israel dan langsung berkontribusi pada berakhirnya perang yang telah menewaskan ribuan orang.

Pernyataan ini muncul setelah Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio, menyatakan bahwa meskipun Presiden Donald Trump merasa tidak senang dengan serangan yang dilakukan Israel terhadap Hamas, aliansi antara AS dan Israel tetap kuat. Rubio menyampaikan, “Ini tidak akan mengubah sifat hubungan kita dengan Israel, tetapi kita harus membicarakan dampaknya.”

Sementara itu, Forum Sandera dan Keluarga Hilang, sebuah kelompok dominan di Israel yang mendesak pembebasan tawanan di Gaza, justru menyalahkan Netanyahu sebagai penghalang dalam upaya mengakhiri konflik. Dalam pernyataannya, mereka menyatakan, “Operasi tertarget di Qatar mengonfirmasi bahwa satu-satunya penghalang untuk memulangkan para sandera dan mengakhiri perang adalah Perdana Menteri Netanyahu. Setiap kali kesepakatan tampak dekat, Netanyahu melakukan sabotase.”

Pada tanggal 9 September lalu, Israel melancarkan serangan yang menargetkan kepemimpinan Hamas di Doha, Qatar, yang telah memicu kecaman dari berbagai negara. Serangan tersebut dilaporkan menewaskan lima anggota Hamas dan seorang pejabat keamanan Qatar yang sedang membahas kesepakatan baru yang diajukan oleh AS untuk mengakhiri pertikaian di Gaza. Trump menyebut serangan itu sebagai tindakan sepihak yang tak menguntungkan bagi kepentingan baik AS maupun Israel.

Di tingkat internasional, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) baru saja meloloskan resolusi tidak mengikat yang mendukung solusi dua negara untuk Israel dan Palestina. Resolusi ini disahkan pada Jumat (12/9), beberapa jam setelah Netanyahu menolak ide pembentukan negara Palestina. Dari 193 negara anggota PBB, sebanyak 142 negara mendukung Deklarasi New York tersebut, 10 menolak, dan 12 lainnya abstain. Resolusi yang diajukan oleh Prancis dan Arab Saudi ini mendukung pengakuan terhadap negara Palestina yang merdeka dan proyeksi solusi dua negara.

Sejak konflik pecah pada Oktober 2023, lebih dari 64.000 warga Palestina dilaporkan tewas, menjadikannya sebagai salah satu konflik paling mematikan di kawasan itu. Qatar, yang selama ini berperan sebagai mediator utama dalam negosiasi damai, terus berupaya mendorong tercapainya gencatan senjata antara kedua pihak yang bertikai.

Dengan situasi yang semakin memanas, upaya diplomatik diharapkan dapat meredakan ketegangan dan membawa harapan baru bagi warga sipil yang terjebak dalam konflik ini.