Internasional

Netanyahu dan Istri Kena Kritikan karena Berpakaian Mirip Bendera Palestina

Avatar photo
2
×

Netanyahu dan Istri Kena Kritikan karena Berpakaian Mirip Bendera Palestina

Sebarkan artikel ini

Kritik Menghujani Netanyahu Usai Kenakan Pakaian Mirip Bendera Palestina

Jakarta, CNN Indonesia – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan istrinya, Sara Netanyahu, menuai kritik tajam dari netizen di Israel setelah keduanya tampil mengenakan pakaian yang dianggap menyerupai warna bendera Palestina. Insiden ini terjadi sebelum penerbangan mereka menuju New York untuk menghadiri Sidang Majelis Umum PBB.

Dalam sebuah foto yang beredar, Benjamin mengenakan jas hitam, kemeja putih, dan dasi merah, sementara Sara memakai jas hijau dan kaos putih. Kombinasi warna hitam, putih, hijau, dan merah tersebut langsung dihubungkan dengan bendera Palestina, memicu reaksi negatif di media sosial. Salah satu netizen menuliskan, “Sebuah pilihan yang sangat sukses dari penata busana, mendandani mereka seperti bendera Palestina,” di akun Instagram resmi Netanyahu. Yang lainnya menambahkan, “Kamu tampak mirip dengan bendera Palestina,” disertai emoji muntah, mencerminkan ketidakpuasan publik.

Menurut laporan media Israel, Haaretz, pilihan busana tersebut dianggap sebagai bencana politik bagi Netanyahu. Mereka menyoroti bahwa saat berangkat ke PBB dengan misi untuk “menyampaikan kebenaran,” pakaian yang dikenakannya justru memiliki makna yang kontras dengan pesan yang ingin disampaikan. “Pakaian yang ia dan istrinya kenakan justru mengirim pesan yang bertolak belakang dengan deklarasi yang ia sampaikan,” tulis Haaretz.

Netanyahu kemudian berpidato di hadapan Majelis Umum PBB, di mana sejumlah delegasi dari berbagai negara meninggalkan ruangan sebagai bentuk protes saat ia berbicara. Dalam pidatonya, ia menguraikan sejumlah poin penting mengenai hubungan antara Israel dan Palestina, serta mengutip pernyataan dari Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, tentang solusi dua negara dalam konflik ini. Prabowo menegaskan pentingnya pengakuan atas Palestina sebagai negara merdeka untuk menjamin keselamatan Israel.

“ Saya mencatat, dan saya yakin Anda juga, kata-kata penyemangat yang disampaikan Presiden Indonesia di sini,” ujarnya. Netanyahu mencatat Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, serta menyiratkan bahwa hal itu mengindikasikan sebuah pertanda positif bagi masa depan.

Kritik terhadap pilihan busana Netanyahu ini menggambarkan bagaimana setiap elemen, termasuk penampilan, dapat mempengaruhi komunikasi politik di tingkat internasional. Dalam konteks konflik yang sudah berlarut-larut antara Israel dan Palestina, setiap tindakan dan pernyataan pemimpin seperti Netanyahu selalu menjadi sorotan dan dapat menimbulkan reaksi yang berbeda.

Respons netizen dan kritik dari media pun menunjukkan bahwa dalam dunia politik, terutama pada skala internasional, simbolisme memiliki peran yang sangat kuat. Sementara itu, Perang Narasi menjadi semakin penting di era digital saat ini, di mana kecepatan informasi mempengaruhi persepsi publik secara signifikan.

Kejadian ini menjadi pengingat bahwa komunikasi politik bukan hanya tentang apa yang dikatakan, tetapi juga bagaimana cara penyampaian, termasuk penampilan yang bisa membawa berbagai makna dan interpretasi. Netanyahu dan timnya kini dihadapkan pada tantangan tidak hanya untuk menjelaskan sikap politik mereka, tetapi juga untuk merespons kritik yang muncul akibat kesalahan kecil dalam berbusana.