Internasional

Negara Barat Akui Kemerdekaan Palestina di PBB September Mendatang

Avatar photo
3
×

Negara Barat Akui Kemerdekaan Palestina di PBB September Mendatang

Sebarkan artikel ini

Sejumlah negara Barat, termasuk Prancis, Inggris, Malta, dan Kanada, telah menyatakan rencana mereka untuk mengakui kemerdekaan Palestina dalam pertemuan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang akan berlangsung pada September mendatang. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap krisis kemanusiaan yang menghimpit wilayah Gaza akibat konflik yang berkepanjangan.

Presiden Prancis Emmanuel Macron menekankan pentingnya tindakan segera untuk menghentikan perang di Jalur Gaza. Dalam sebuah pernyataan di media sosialnya, Macron menyerukan gencatan senjata, pembebasan semua sandera, serta bantuan kemanusiaan yang besar bagi rakyat Gaza. Menurutnya, kondisi saat ini tidak dapat dibiarkan berlarut-larut.

Sementara itu, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer juga menggarisbawahi komitmen negaranya untuk mengakui Palestina jika solusi dua negara tercapai. Starmer menyerukan agar Israel segera mengakhiri situasi yang mengerikan di Gaza dan berkomitmen pada perdamaian yang berkelanjutan. Ia mengungkapkan bahwa kerangka solusi ini kini terancam, sehingga Inggris merasa perlu mengambil langkah tegas.

Malta juga turut menyatakan sikap serupa dengan Perdana Menteri Robert Abela menyebutkan bahwa pengakuan ini merefleksikan komitmen negara tersebut untuk menuju perdamaian abadi di Timur Tengah. Kanada, di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Mark Carney, menyerukan perlunya langkah tersebut untuk mempertahankan harapan solusi dua negara yang saat ini semakin menipis.

Krisis kemanusiaan di Gaza telah memicu protes global terhadap Israel. Banyak warga Palestina kini berjuang melawan kelaparan dengan lebih dari 100 orang, termasuk anak-anak, dilaporkan telah meninggal akibat krisis ini. Data dari Kementerian Kesehatan Gaza menunjukkan lebih dari 900 ribu anak mengalami kelaparan, dan 70 ribu orang menunjukkan gejala malnutrisi. Meskipun Israel telah membuka akses untuk pengiriman bantuan, serangan tetap terjadi, meningkatkan kekhawatiran akan keselamatan warga sipil.

Jumlah korban jiwa akibat agresi militer Israel di Gaza telah mencapai lebih dari 60 ribu orang, dengan ratusan ribu lainnya terluka. Kejadian-kejadian ini menunjukkan betapa mendesaknya situasi di lapangan, yang menyedot perhatian dan mengundang empati masyarakat internasional, termasuk di Indonesia.

Bagi masyarakat Indonesia, isu Palestina bukan sekadar berita internasional, tetapi juga menyentuh hati banyak orang. Sebagai negara yang menjunjung tinggi prinsip kemanusiaan dan perdamaian, banyak warga Indonesia yang mengharapkan dukungan konkret terhadap upaya perbaikan kondisi di Gaza. Pengakuan negara-negara Barat akan kemerdekaan Palestina bisa menjadi sinyal positif bagi proses perdamaian yang lebih luas dan harapan bagi masyarakat yang terjebak dalam konflik.

Reaksi Israel terhadap keputusan ini cukup keras, dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa berdirinya negara Palestina hanya akan memperkuat kelompok milisi yang mengancam Israel. Namun, perspektif ini tidak menghilangkan tujuan utama, yaitu perlindungan terhadap warga sipil dan pencarian solusi yang adil bagi konflik yang telah berlangsung selama puluhan tahun.

Seiring dengan semakin meluasnya perhatian terhadap situasi di Gaza, harapan akan dukungan dan aksi konkret dari pemerintahan di seluruh dunia terus mengemuka, termasuk dari Indonesia, yang akan terus mengamati perkembangan ini dengan penuh harapan akan tercapainya kedamaian yang hakiki.