Nasional

Muhammadiyah NTB: Seabad Berkembang dari Surau ke Universitas Global

Avatar photo
3
×

Muhammadiyah NTB: Seabad Berkembang dari Surau ke Universitas Global

Sebarkan artikel ini

Seabad Perjalanan Muhammadiyah di NTB: Dari Surau ke Universitas Global

Mataram – Seratus tahun berdirinya Muhammadiyah di Nusa Tenggara Barat (NTB) bukan sekadar jajaran angka, melainkan sebuah perjalanan panjang yang penuh dengan keteguhan, adaptasi, dan transformasi. Dari awal mulanya yang sederhana di Lombok pada awal abad ke-20, organisasi ini kini telah berkembang menjadi salah satu kekuatan pendidikan dan sosial di wilayah tersebut, ditandai dengan berdirinya Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) yang kini memiliki fakultas kedokteran dan mahasiswa internasional dari empat negara.

Sejak mulai berjuang di NTB pada tahun 1918, para tokoh seperti Tuan Guru H. Harist dan Tuan Guru H. Abdurrahim melakukan inovasi pemikiran Islam yang progressive. Meski tantangan besar berupa penolakan sosial menyertai langkah mereka, keberanian dan strategi dialogis menjadi kunci keberhasilan Muhammadiyah meraih hati masyarakat. Para perintis tersebut tidak melawan arus tradisi, melainkan membangun pondasi kepercayaan melalui lembaga pendidikan yang berdampak.

Pendidikan menjadi pilar utama dakwah Muhammadiyah. Sejak awal, organisasi ini meyakini bahwa pendidikan adalah ladang dakwah terkuat, yang tidak hanya terbatas pada pengajian, tetapi juga mencakup sekolah formal hingga taman kanak-kanak. Upaya ini pelan tapi pasti membuahkan hasil dengan lahirnya generasi muda yang berorientasi pada ilmu pengetahuan dan dakwah.

Kini, UMMAT menjadi simbol kemajuan pendidikan Muhammadiyah. Di tengah kekurangan tenaga medis di NTB, fakultas kedokteran yang baru diresmikan menjadi langkah strategis untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Selain itu, UMMAT mengeksplorasi taraf internasional dengan menerima mahasiswa dari Sudan, Yaman, Ghana, dan Nigeria, mengokohkan statusnya sebagai pusat layanan publik berbasis ilmu pengetahuan dan menjadi jembatan bagi dakwah yang inklusif.

Namun, perjalanan Muhammadiyah di NTB tidak selalu mulus. Berbagai tantangan harus dihadapi, seperti resistensi budaya lokal di awal pembentukan, keterbatasan sumber daya, dan adaptasi di era digital. Meskipun banyak sekolah Muhammadiyah beroperasi dengan sarana sederhana, semangat para penggerak untuk terus mengajar menjadi energi yang menghidupkan organisasi ini. Selain itu, Muhammadiyah harus menghadapi generasi muda yang terpapar budaya global yang cenderung instan.

Dengan memasuki abad kedua, Muhammadiyah NTB kini mengubah tantangan menjadi peluang dengan menghadirkan inovasi berdampak di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) meresmikan usaha peternakan ayam petelur guna memberdayakan ekonomi komunitas. Langkah ini menciptakan kemandirian ekonomi sambil melibatkan mahasiswa UMMAT dalam program kewirausahaan sosial yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar.

Seratus tahun perjalanan Muhammadiyah harus dimaknai sebagai pijakan untuk melangkah lebih jauh. Generasi muda Muhammadiyah kini dihadapkan pada tantangan untuk merawat nilai-nilai Islam berkemajuan sambil tetap beradaptasi dengan globalisasi. Keberhasilan kader-kader seperti Baiq Fera Susmita Putri yang berpartisipasi dalam konferensi internasional menunjukkan bahwa mereka sudah siap bersaing di arena global.

Sejarah pergerakan Muhammadiyah di NTB adalah gambaran keteguhan menghadapi berbagai tantangan, serta kesabaran dalam membangun pendidikan yang berkualitas. UMMAT kini berdiri tegak sebagai simbol kebangkitan intelektual dan kemaslahatan sosial.

Dengan semangat yang tidak pernah padam, Muhammadiyah NTB berkomitmen untuk terus berinovasi dan berkontribusi dalam memajukan masyarakat. Abad baru yang dimulai menuntut sebuah misi mulia; untuk mendidik, memberdayakan, dan menanamkan rasa cinta kepada tanah air, menjadikan Muhammadiyah sebagai organisasi yang relevan dan berdaya saing dalam konteks global.