Nasional

Menu Makan Bergizi Gratis di Ketapang Diprotes Setelah Kasus Keracunan Siswa

Avatar photo
2
×

Menu Makan Bergizi Gratis di Ketapang Diprotes Setelah Kasus Keracunan Siswa

Sebarkan artikel ini

Kementerian Kesehatan Tanggapi Temuan Keracunan Dalam Program Makan Bergizi Gratis

Jakarta – Badan Gizi Nasional (BGN) menanggapi insiden keracunan yang melibatkan 24 siswa dan seorang guru di SDN 12 Kecamatan Benua Kayong, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Siswa-siswa tersebut diduga mengalami keracunan setelah mengonsumsi ikan hiu yang disajikan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Dalam konferensi pers yang digelar di Cibubur, Jawa Barat, Wakil Kepala BGN, Nanik S. Deyang, menyatakan bahwa menu ikan hiu hanya disajikan dua kali dalam program MBG di sekolah tersebut. Nanik menegaskan, jika ada makanan yang terbukti berpotensi menimbulkan keracunan, pihaknya tidak akan menggunakan menu tersebut di wilayah itu, meskipun ikan hiu dikenal sebagai sumber protein.

“Tujuan kami adalah mendukung kearifan lokal. Jika di wilayah ini yang lebih umum adalah ikan tongkol, maka kami akan beralih ke menu tersebut. Namun, jika hiu merupakan bagian dari tradisi kuliner setempat dan tersedia dalam jumlah cukup, kami akan mempertimbangkan hal itu,” jelas Nanik.

Ia juga menjelaskan bahwa sebelum MBG dilaksanakan, pihak sekolah telah membekali guru dan orang tua siswa untuk mengisi formulir yang menjelaskan kondisi alergi makanan masing-masing siswa. Hal ini untuk menghindari adanya tumpang tindih antara kasus keracunan dan reaksi alergi yang mungkin dialami siswa.

“Kami menyadari pentingnya data ini. Tidak semua kejadian keracunan disebabkan oleh makanan, ada juga kemungkinan alergi, seperti alergi udang atau mayonnaise yang juga perlu mendapatkan perhatian,” lanjutnya.

Menanggapi insiden di Ketapang, Nanik memastikan bahwa BGN akan menanggung seluruh biaya pengobatan yang diperlukan akibat keracunan. “Kami memiliki dana untuk situasi seperti ini, termasuk biaya pengobatan yang ditangani penuh oleh BGN. Contohnya, di Kabupaten Banggai Kepulauan, kami telah membayar tagihan rumah sakit sebesar Rp350 juta. Semua biaya menjadi tanggung jawab kami,” tegasnya.

Nanik juga memastikan bahwa BGN tidak akan membebankan biaya pengobatan kepada orang tua, sekolah, atau pemerintah daerah, serta telah menyiapkan dana yang cukup untuk menangani semua kasus keracunan yang mungkin terjadi.

Sementara itu, peristiwa keracunan ini menyoroti perlunya peningkatan pengawasan terhadap kualitas bahan makanan dalam program MBG. Insiden tersebut muncul di tengah upaya pemerintah untuk meningkatkan gizi masyarakat, terutama anak-anak di sekolah. Salah satu langkah yang dianggap penting adalah memastikan keamanan pangan agar insiden serupa tidak terulang di masa mendatang.

Untuk itu, BGN berkomitmen untuk terus berkoordinasi dengan lembaga terkait serta pemerintahan daerah dalam pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis, agar tujuan program ini dapat tercapai tanpa mengorbankan kesehatan siswa. Ke depan, pihak BGN akan lebih memperhatikan jenis makanan yang disajikan, dengan tetap mengedepankan kearifan lokal serta kualitas yang terjaga.

Kesadaran akan pentingnya gizi dalam pendidikan akan terus diperkuat, guna menjamin kesejahteraan anak-anak Indonesia serta menghindari risiko kesehatan yang dapat muncul dari makanan yang tidak aman.