Internasional

Menteri Keamanan Nasional Israel Ajak Ribuan Umat Yahudi Serbu Masjid Al Aqsa, Dapat Kecaman Internasional

Avatar photo
8
×

Menteri Keamanan Nasional Israel Ajak Ribuan Umat Yahudi Serbu Masjid Al Aqsa, Dapat Kecaman Internasional

Sebarkan artikel ini

Provokasi Ben Gvir di Masjid Al Aqsa Menuai Kecaman Internasional

Jakarta, CNN Indonesia – Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben Gvir, kembali menghadapi kecaman global setelah melakukan seruan agar ribuan umat Yahudi menyerbu Masjid Al Aqsa pada Minggu (3/8) untuk beribadah. Tindakan ini dianggap melanggar status quo serta perjanjian internasional yang telah berlaku selama puluhan tahun, yang melarang umat Yahudi beribadah di kompleks suci tersebut.

Masjid Al Aqsa, yang merupakan situs ketiga paling suci dalam Islam, terletak di atas lokasi yang diketahui oleh umat Yahudi sebagai Bukit Bait Suci. Provokasi dari Ben Gvir ini terjadi bersamaan dengan perayaan Tisha B’Av, hari berkabung bagi umat Yahudi yang memperingati kehancuran kuil kedua. Berdasarkan informasi dari organisasi Yahudi ‘Temple Mount Administration’, Ben Gvir terlihat memimpin rombongan beranggotakan sekitar 1.250 orang yang berdoa, berteriak, dan berdansa di kompleks Al Aqsa.

Video yang diunggah oleh organisasi tersebut juga menunjukkan Ben Gvir sedang berdoa di lokasi, meskipun Reuters belum mengonfirmasi kebenaran video-video lain yang beredar. Yayasan Waqf, yang mengelola kompleks Al Aqsa, mencatat bahwa kehadiran Ben Gvir dan rombongannya merupakan bentuk provokasi yang mengguncang ketenteraman di lokasi suci ini.

Dalam pernyataannya, Ben Gvir menyerukan Israel untuk secara resmi mendeklarasikan kedaulatannya atas Yerusalem dan mengusir penduduk asli di wilayah tersebut. Ia menyatakan, “Pada Tisha B’Av, dua ribu tahun setelah kehancuran kuil kedua, Tembok Barat dan Bukit Bait Suci sekali lagi berada di bawah kedaulatan negara Israel.” Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menambahkan, “Musuh-musuh Israel di seluruh dunia akan terus mengambil keputusan yang melawan kami dan berdemonstrasi, dan kami akan memperkuat cengkeraman serta kedaulatan kami atas Yerusalem, Tembok Barat, dan Temple Mount selamanya.”

Provokasi ini bukanlah yang pertama bagi Ben Gvir, yang dikenal sebagai seorang menteri paling kontroversial dan anti-Palestina di Israel. Dalam karier politiknya, Ben Gvir sering dikaitkan dengan tindakan provokatif dan ujaran kebencian terhadap warga Arab-Israel. Ia memulai karir politiknya dengan bergabung pada gerakan pemuda partai sayap kanan Moledet dan pernah terlibat dengan Partai Kach, yang dikenal lebih radikal.

Kehadiran Ben Gvir di kancah politik Israel telah mengundang reaksi negatif dari berbagai kalangan. Pria yang lahir di Mevaseret Tzion pada tahun 1976 ini dikenal karena dukungannya terhadap aneksasi Tepi Barat. Sejak muda, ia terlibat dalam berbagai tindakan provokatif yang mengarah pada ujaran kebencian serta kekerasan. Meskipun pernah dihadapkan pada 53 dakwaan, sebagian besar dari dakwaan tersebut diratifikasi oleh pengadilan.

Sebelum menjabat sebagai menteri, Ben Gvir sempat menjadi anggota parlemen Israel pada tahun 2021 dan kini memimpin partai sayap kanan Otzma Yehudit yang dibentuk pada tahun 2013. Dengan latar belakang yang kontroversial, langkah-langkah yang diambil oleh Ben Gvir dalam konteks Masjid Al Aqsa menjadi sorotan dunia, mengingat dampak yang ditimbulkan terhadap stabilitas dan perdamaian di kawasan tersebut.

Provokasi ini tidak hanya mengguncang hubungan antara Israel dan Palestina, tetapi juga menarik perhatian komunitas internasional, yang terus meminta agar tindakan provokatif tidak diulangi demi menciptakan perdamaian yang langgeng di wilayah yang dilanda konflik ini.