Nasional

Kremlin: IOC Tunjukkan Standar Ganda Terkait Visa Atlet Israel dan Rusia

Avatar photo
9
×

Kremlin: IOC Tunjukkan Standar Ganda Terkait Visa Atlet Israel dan Rusia

Sebarkan artikel ini

Pernyataan Kremlin: IOC Dituding Terapkan Standar Ganda Terkait Visa Atlet Israel

Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengungkapkan bahwa respons Komite Olimpiade Internasional (IOC) terhadap keputusan Indonesia yang menolak menerbitkan visa bagi atlet Israel menunjukkan adanya standar ganda dalam kebijakan organisasi tersebut. Peskov menilai bahwa IOC memberikan perlakuan berbeda kepada negara-negara yang menolak visa bagi atlet Rusia dan yang menerapkan hal serupa terhadap atlet Israel.

“Pasti ada standar ganda dalam hal ini,” ujar Peskov dalam sebuah wawancara dengan saluran olahraga Rusia, Match TV. Ia menanggapi kritik terhadap IOC yang dianggapnya “munafik” karena membatasi akses atlet Rusia sambil abai terhadap situasi yang sama bagi atlet Israel.

Sebelumnya, Komite Eksekutif IOC merekomendasikan bahwa semua federasi olahraga internasional tidak mengadakan kejuaraan di Indonesia, menyusul keputusan Indonesia untuk tidak memberikan visa kepada atlet Israel dalam Kejuaraan Dunia Senam Artistik ke-53 yang akan dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 19 hingga 25 Oktober 2025. IOC juga menghentikan seluruh bentuk dialog dengan Komite Olimpiade Nasional (NOC) Indonesia terkait rencana Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade hingga pemerintah memberikan jaminan bahwa semua peserta, tanpa memandang kewarganegaraan, akan diizinkan masuk.

Tim nasional Israel dijadwalkan untuk berpartisipasi dalam kejuaraan senam tersebut, dan pada bulan Juli lalu, Federasi Senam Israel (IGF) mengklaim telah menerima jaminan dari pemerintah Indonesia bahwa timnya akan bisa mengikuti kompetisi. Namun, penolakan Indonesia untuk menerbitkan visa bagi tim Israel menyulitkan keikutsertaan mereka.

Menanggapi situasi ini, IGF telah melayangkan dua kali gugatan kepada Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) dengan harapan untuk memperoleh langkah sementara terkait keputusan Indonesia. Namun, kedua gugatan tersebut ditolak oleh CAS.

Kritik terhadap IOC dan pemerintah Indonesia ini telah memicu diskusi lebih luas mengenai kebijakan visa dan pengaruhnya terhadap acara olahraga internasional. Penolakan Indonesia untuk mengizinkan atlet Israel masuk ke negara tersebut menuai perhatian, terutama mengingat situasi serupa yang dialami atlet Rusia, yang juga menghadapi kesulitan dalam mengikuti berbagai kompetisi internasional.

Sementara itu, sejumlah sumber di lingkungan olahraga percaya bahwa keputusan IOC dan dampaknya terhadap Indonesia tidak akan membawa kerugian signifikan bagi negara tersebut. Pertanyaan tentang bagaimana IOC menerapkan kebijakan yang adil terus menjadi sorotan, dan kritik terhadap pendekatan mereka terhadap isu-isu sensitif semacam ini kemungkinan akan berlanjut.

Komunitas olahraga global kini menunggu langkah selanjutnya dari IOC dan reaksi pemerintah Indonesia terkait isu ini. Apakah akan ada perubahan dalam kebijakan visa untuk mendukung inklusi semua atlet, atau apakah standar ganda ini akan terus berjalan, tetap menjadi perhatian bagi banyak pihak.