Internasional

Korsel Jadi Target Penipuan Daring, 64 Korban Dipulangkan dari Kamboja

Avatar photo
10
×

Korsel Jadi Target Penipuan Daring, 64 Korban Dipulangkan dari Kamboja

Sebarkan artikel ini

Warga Korea Selatan Kembali Jadi Korban Penipuan Daring di Kamboja

Jakarta – Dalam perkembangan terbaru, 64 warga Korea Selatan (Korsel) dipulangkan dari Kamboja setelah terlibat dalam jaringan penipuan daring internasional. Beberapa di antara mereka ditahan oleh kepolisian setibanya di Bandara Incheon karena diduga terlibat dalam kejahatan tersebut. Fenomena penipuan daring ini semakin mencengkeram Korsel, bahkan merenggut nyawa seorang mahasiswa bernama Park yang ditemukan tewas setelah diculik dan disiksa oleh pelaku pada bulan Agustus lalu.

Menurut laporan media lokal, banyak warga Korsel memutuskan pergi ke luar negeri untuk mencari pekerjaan sebagai dampak dari kondisi pasar tenaga kerja domestik yang memburuk. Penelitian oleh Kim Yoo Bin, seorang peneliti senior di Korea Labour Institute, menunjukkan bahwa sejumlah perusahaan dalam negeri memperketat rekrutmen dan hanya berfokus pada calon profesional berpengalaman. Situasi ini menciptakan tantangan berat bagi anak muda yang baru lulus, di mana banyak dari mereka belum memiliki pengalaman kerja.

Kim mengungkapkan, “Tanpa pengalaman sebelumnya, sulit untuk mendapatkan pekerjaan, sehingga situasi ini menjadi cukup menantang bagi anak muda.” Mereka berupaya keras untuk menghindari stigma pengangguran, yang mendorong mereka untuk mencari lowongan pekerjaan. Sayangnya, munculnya iklan pekerjaan yang menjanjikan gaji tinggi dan pekerjaan “mudah” di internet semakin memicu dampak negatif. Iklan-iklan ini sering kali menjadi jebakan yang mengarah pada penipuan daring.

Jaringan kriminal yang beroperasi di Kamboja, Myanmar, dan Laos telah mengakar kuat dan menjadi titik hitam bagi perdagangan manusia serta penipuan daring. Profesor Jung Bub Mo dari Universitas Nasional Pukyong di Busan mencatat bahwa jaringan ini sulit dilacak karena mereka menggunakan alamat IP dari negara tetangga seperti Thailand. “Kebanyakan kantung ekonomi di Asia Tenggara terletak dekat perbatasan. Oleh karena itu, kelompok-kelompok ini cenderung beroperasi di kota-kota perbatasan,” jelas Jung.

Kondisi ini diperburuk oleh ketergantungan negara-negara seperti Kamboja, Laos, dan Myanmar terhadap China, yang merupakan investor terbesar di zona-zona panas. Jung menambahkan bahwa semakin banyaknya organisasi kriminal yang muncul membuat kejahatan transnasional ini semakin sulit untuk diberantas.

Sihanoukville, kota pesisir di Kamboja, kini dikenal sebagai basis utama jaringan kriminal China. Dulu terkenal dengan pantainya yang indah, kini kota ini menjadi pusat penipuan daring, perbudakan, dan pelanggaran hak asasi manusia, bersama dengan Myawaddy di Myanmar dan Bamban di Filipina. Data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan bahwa lebih dari 100.000 orang terlibat dalam penipuan daring, entah sebagai pelaku maupun korban.

Pemerintah Korsel berusaha memberikan perlindungan lebih bagi warganya dan mengedukasi masyarakat akan bahaya penipuan daring. Namun, upaya ini masih menghadapi tantangan besar mengingat situasi ketenagakerjaan yang tidak menentu. Di tengah kesulitan ini, perhatian lebih diperlukan untuk melindungi generasi muda dari jeratan kejahatan yang terus merajalela.