Nasional

Korban Protes “Revolusi Gen Z” di Nepal Capai 72 Orang, Perdana Menteri Sementara Umumkan Kompensasi

Avatar photo
3
×

Korban Protes “Revolusi Gen Z” di Nepal Capai 72 Orang, Perdana Menteri Sementara Umumkan Kompensasi

Sebarkan artikel ini

Korban Protes di Nepal Meningkat, 72 Nyawa Hilang dalam Gelombang Demonstrasi

Korban tewas akibat protes di Nepal, yang dikenal sebagai “revolusi Gen Z”, kini mencapai 72 orang, menurut Kepala Sekretaris Pemerintah Nepal, Eaknarayan Aryal, pada Minggu (10/9). Dari jumlah tersebut, 59 korban merupakan pengunjuk rasa, 10 orang narapidana, dan tiga petugas keamanan.

Dalam bentrokan yang terjadi, sebanyak 134 pengunjuk rasa dan 57 petugas polisi mengalami luka-luka. Perdana Menteri Sementara Nepal, Sushila Karki, mengumumkan alokasi dana sebesar 1 juta rupee Nepal (sekitar Rp 114,8 juta) untuk setiap keluarga korban tewas dalam kerusuhan ini. Karki, yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Hakim Agung, dilantik sebagai pemimpin sementara pada hari Jumat.

Perdana Menteri Karki menegaskan bahwa tindakan vandalisme yang terjadi selama protes adalah kriminal dan menginstruksikan penyelidikan menyeluruh terhadap penyebab kerusuhan massal ini. Pemerintah juga tengah menyelidiki serangan yang ditujukan kepada gedung parlemen, Mahkamah Agung, kompleks bisnis, serta properti pribadi.

Protes ini bermula pada 4 September ketika otoritas Nepal memblokir beberapa platform media sosial utama setelah batas waktu pendaftaran ke Kementerian Komunikasi terlewat. Larangan tersebut memicu reaksi keras dari masyarakat, khususnya generasi muda, yang kemudian turun ke jalan. Meskipun larangan itu akhirnya dicabut, protes dan kerusuhan terus berlanjut.

Kondisi semakin memanas, hingga mendorong pengunduran diri Perdana Menteri Sharma Oli pada hari Selasa setelah para demonstran menyerbu gedung parlemen dan membakar sejumlah rumah pejabat tinggi di Kathmandu. Polisi merespons dengan menembakkan meriam air, gas air mata, serta peluru tajam untuk membubarkan massa.

Seiring situasi yang semakin memburuk, pihak militer dikerahkan untuk menjaga ketertiban umum di ibu kota maupun kota-kota lainnya, menunjukkan bahwa ketegangan di Nepal semakin tinggi.

Protes ini tidak hanya mengguncang stabilitas politik di Nepal tetapi juga menunjukkan ketidakpuasan mendalam yang dirasakan oleh generasi muda terhadap pemerintah. Dalam pernyataannya, Karki menekankan pentingnya penegakan hukum dan perlunya menyelidiki kedalaman isu-isu yang memicu kerusuhan.

Dengan situasi yang terus berkembang, masyarakat dan pemerintah berusaha mencari jalan keluar yang membawa kedamaian dan stabilitas. Penanganan yang tepat dari masalah-masalah mendasar yang menyebabkan demonstrasi ini menjadi sangat penting untuk menghindari terulangnya kekacauan serupa di masa mendatang.

Protes yang terjadi menunjukkan bahwa suara generasi muda Nepal tidak bisa diabaikan, dan perubahan harus dilakukan agar harapan akan masa depan yang lebih baik dapat terwujud.