Menghidupi Keluarga Lewat Seni Wayang Kulit: Kisah Khoiruddin
Di tengah arus modernisasi, Khoiruddin, seorang pengrajin wayang kulit berusia 53 tahun asal Desa Gledug, Kecamatan Sanankulon, tetap setia melestarikan seni tradisional. Selama lebih dari 30 tahun, ia telah menghasilkan karya-karya indah yang menghidupi keluarganya.
Di rumah sederhana miliknya, aroma cat dan kulit menyatu. Khoiruddin dengan cermat menorehkan kuas pada lembaran kulit, menciptakan tokoh-tokoh wayang yang hidup. Matanya berbinar setiap kali bercerita tentang kecintaannya pada wayang kulit, yang dimulai sejak masa kecilnya.
“Sejak SMP, saya mulai menggambar tokoh-tokoh wayang di atas kertas karton,” ucap Khoiruddin. Pengalamannya menyaksikan pertunjukan wayang di kampung membentuk kecintaannya pada seni ini.
Khoiruddin menyadari bahwa profesinya bukan hanya sekadar pekerjaan, tetapi juga panggilan jiwa yang menjaga tradisi nenek moyang. Dedikasinya dalam melestarikan budaya lokal semakin penting di era digital saat ini, di mana banyak orang beralih ke seni dan hiburan modern.*
Kisah Khoiruddin menggambarkan kecintaan dan dedikasi yang tak lekang oleh waktu, menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk melestarikan warisan budaya Indonesia.