Nasional

Kepala Perpustakaan Nasional: Perpustakaan Harus Redefinisi Peran di Era Digital dan AI

Avatar photo
10
×

Kepala Perpustakaan Nasional: Perpustakaan Harus Redefinisi Peran di Era Digital dan AI

Sebarkan artikel ini

Kepala Perpustakaan Nasional Dorong Redefinisi Peran Pustakawan di Era Digital

Jakarta – Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, E. Aminudin Aziz, menegaskan pentingnya redefinisi peran perpustakaan dan pustakawan di tengah kemajuan teknologi digital dan kecerdasan artifisial (AI). Menurutnya, perpustakaan harus lebih dari sekadar tempat penyimpanan buku; ia harus menjadi pusat inovasi dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Pernyataan ini disampaikan Aminudin dalam sambutannya pada Kongres XVI Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) dan Seminar Ilmiah Nasional 2025 yang berlangsung di Batam, Kepulauan Riau, pada Rabu (17/9). Ia mengungkapkan, perhatian publik terhadap perpustakaan semakin meningkat, ditandai dengan liputan khusus media nasional yang membahas kondisi perpustakaan dan profesi pustakawan.

Aminudin menolak stigma lama yang melekat pada pustakawan sebagai sosok yang pasif dan hanya menunggu kunjungan pengunjung. Ia menekankan bahwa pustakawan adalah pewaris khazanah peradaban dan berperan sebagai fasilitator di masa depan. “Pustakawan bukanlah individu yang kehilangan kreativitas, melainkan ilmuwan dan profesional dengan misi mulia,” ujar Aminudin.

Lebih lanjut, ia meminta IPI untuk menjamin pengembangan anggotanya menjadi profesional dengan kompetensi yang mumpuni. “IPI harus menjadi wadah yang mengangkat martabat profesi pustakawan dan mandiri dalam mengembangkan organisasi,” tuturnya. Dengan demikian, perpustakaan dapat menjalankan tugas dan fungsinya sebagai wahana pengembangan ilmu pengetahuan dan kreativitas masyarakat.

Ketua Umum IPI, T. Syamsul Bahri, juga menekankan bahwa era digital dan hadirnya AI merupakan momen krusial bagi masa depan profesi pustakawan. Ia menyoroti bahwa keberadaan AI dapat memberikan manfaat, seperti akses informasi yang lebih cepat dan layanan personalisasi. Namun, di sisi lain, AI juga membawa tantangan baru terkait kompetensi, etika, dan relevansi profesi pustakawan.

Dalam konteks ini, Gubernur Kepulauan Riau, Ansar Ahmad, menyatakan bahwa penyelenggaraan acara tersebut memiliki keterkaitan dengan sejarah panjang literasi di tanah Melayu. Ia mengingatkan peran penting Raja Ali Haji dalam pengembangan Bahasa Melayu, yang menjadi cikal bakal Bahasa Indonesia.

“Momentum ini sangat tepat untuk memperkuat peran pustakawan dalam pembangunan manusia di era digital,” kata Gubernur. Dengan demikian, ia berharap agar para pustakawan dapat berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih terdidik dan berpengetahuan.

Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang pertemuan bagi para pustakawan, tetapi juga sebagai platform untuk mendiskusikan tantangan dan peluang yang dihadapi oleh profesi pustakawan dalam menghadapi perkembangan teknologi yang cepat. Perpustakaan, diharapkan, bisa menjadi tempat yang lebih hidup dan dinamis, mendorong inovasi serta kreativitas di kalangan masyarakat.

Dengan redefinisi yang tepat dan dukungan yang kuat dari IPI, serta komitmen untuk memanfaatkan teknologi baru, diharapkan pustakawan di Indonesia dapat menjalankan perannya secara lebih efektif di masa depan.