Internasional

Kematian Abdulaziz Al Asheikh Tandai Akhir Sebuah Era di Arab Saudi

Avatar photo
3
×

Kematian Abdulaziz Al Asheikh Tandai Akhir Sebuah Era di Arab Saudi

Sebarkan artikel ini

Kematian Abdulaziz Al Asheikh Tanda Berakhirnya Sebuah Era di Arab Saudi

Abdulaziz Al Asheikh, ulama senior Arab Saudi yang dikenal luas, telah meninggal dunia, menandai berakhirnya sebuah era penting di tengah transformasi besar yang terjadi di kerajaan tersebut. Kematian Al Asheikh pada usia 91 tahun ini menjadi sorotan, mengingat perannya yang krusial dalam memperkuat ajaran Islam di negara yang terkenal dengan konservatisme religiusnya.

Sebagai Grand Mufti dan ketua Dewan Ulama Senior, Al Asheikh tidak hanya memimpin kebijakan keagamaan tetapi juga menjadi suara utama dalam interpretasi hukum Islam di Arab Saudi. Dalam posisi ini, ia sering kali mengeluarkan fatwa yang memengaruhi kehidupan sehari-hari jutaan umat Muslim, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Kematian beliau bukan hanya kehilangan bagi komunitas Muslim, tetapi juga menunjukkan perubahan pola pikir dan kebijakan yang tengah berlangsung di Arab Saudi, terutama di bawah kepemimpinan Raja Salman dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman.

Reformasi yang sedang dijalankan dalam berbagai sektor, termasuk bidang sosial dan ekonomi, menunjukkan pergeseran dari tradisi yang telah terjalin lama. Inisiatif Vision 2030 yang diluncurkan oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman bertujuan untuk mendiversifikasi perekonomian dan mengurangi ketergantungan pada minyak, yang secara langsung berdampak pada struktur sosial dan religius di negara tersebut. Dalam konteks ini, kematian Al Asheikh menjadi momen refleksi mengenai masa depan pengaruh agama dalam kehidupan masyarakat Saudi.

Lahir di 1932 di wilayah Qassim, Abdulaziz Al Asheikh menghabiskan banyak waktu untuk mendalami agama dan kemudian diangkat sebagai Mufti Agung Saudi pada 1999. Ia dikenal sebagai sosok yang tegas dalam menjaga nilai-nilai Islam tradisional, meskipun demikian, ia juga menghadapi tantangan dari generasi yang lebih muda yang mencari reformasi dalam cara pandang terhadap Islam dan penerapan syariah.

Dalam salah satu wawancaranya, Al Asheikh pernah menyatakan, “Islam itu moderat dan tidak ekstrem, oleh karena itu umat Islam harus merangkul perubahan yang membawa kebaikan dalam hidup mereka.” Namun, pandangannya tersebut sering kali terjebak dalam perdebatan antara tradisi dan modernitas, yang menjadi salah satu tema utama di Arab Saudi saat ini.

Kematian Al Asheikh meninggalkan kekosongan yang besar di dunia keagamaan Arabia, dan menimbulkan pertanyaan tentang siapa yang akan melanjutkan posisi dan pengaruhnya. Beberapa kalangan menganggap bahwa generasi baru ulama mungkin akan mengikuti jejak Al Asheikh, tetapi dengan pandangan yang lebih terbuka terhadap isu-isu yang dihadapi oleh umat Muslim di era modern.

Sejumlah tokoh dan masyarakat mengungkapkan duka cita mendalam atas kepergian Al Asheikh. Seorang juru bicara pemerintah menyatakan, “Kedukaku mendalam atas kehilangan sosok pemimpin ulama yang telah menuntun kami selama beberapa dekade. Kami akan melanjutkan perjalanan Islam dengan semangat yang ia wariskan.” Ini menjadi sinyal bahwa meskipun Al Asheikh tidak lagi hadir, warisannya akan terus memengaruhi arah keagamaan di Arab Saudi.

Sebagai penutup, kematian Abdulaziz Al Asheikh bukan hanya kehilangan bagi komunitas keagamaan, tetapi juga merupakan dinamika yang menarik di tengah perubahan besar di Arab Saudi. Masyarakat kini menunggu dengan penuh harapan, siapa sosok yang akan mengisi kekosongan dan bagaimana arah kebijakan keagamaan akan terbentuk di masa depan.