Internasional

Keluarga Tewas di Tengah Ketegangan Israel-Iran

Avatar photo
2
×

Keluarga Tewas di Tengah Ketegangan Israel-Iran

Sebarkan artikel ini

Keluarga Tewas di Tengah Konflik: Israel dan Iran Terlibat Ketegangan Berlarut

Pada bulan Juni 2025, serangan militer Israel terhadap fasilitas nuklir dan sistem pertahanan Iran memicu serangan balik dari Teheran yang mengakibatkan korban jiwa di kedua belah pihak, termasuk keluarga Abbasi yang hancur akibat konflik tersebut. Dalam insiden yang mencerminkan eskalasi ketegangan di Timur Tengah ini, 31 orang di Israel tewas akibat serangan rudal Iran, sementara lebih dari 1.000 nyawa melayang di Iran.

Serangan Israel pada tanggal 13 Juni menyasar berbagai target, baik sipil maupun militer, dengan fokus utamanya adalah program nuklir Iran yang dianggap sebagai ancaman eksistensial bagi negara Zionis. Iran merespons dengan peluncuran rudal ke kawasan pemukiman di Israel, menyebabkan kerusakan signifikan dan merenggut nyawa banyak penduduk sipil.

Di antara para korban di Iran adalah keluarga Abbasi, yang terdiri dari Parviz, Masoumeh, dan dua anak mereka, Parham yang berusia 16 tahun dan Parnia yang berusia 24 tahun. Momen bahagia mereka saat pindah ke apartemen baru tahun lalu menjadi kenangan pahit, setelah mereka tewas dalam serangan balasan tersebut. Hasan Shaygan, pengelola gedung tempat tinggal mereka, mengenang bagaimana kebahagiaan keluarga tersebut tiba-tiba terenggut akibat konflik yang berkepanjangan.

Azadeh Shariarifar, saudara perempuan Masoumeh dan bibik bagi Parham serta Parnia, menggambarkan kedukaan yang mendalam akibat kehilangan mendadak ini. Sebagai seorang seniman dan fotografer, Azadeh sebelumnya merencanakan pameran yang mengangkat tema kehidupan dan kematian, tetapi pameran itu dilaksanakan tepat pada hari bom meledak. “Kami berjuang bukan hanya dengan kesedihan, tetapi juga dengan kemarahan,” tuturnya.

Proses pemakaman keluarga Abbasi berlangsung di pemakaman utama Teheran, di mana sebagian besar diisi oleh banyak korban perang yang diakibatkan konflik berkepanjangan dengan Israel. Azadeh mengungkapkan kesedihannya bahwa lokasi tersebut sering menjadi tempat berkumpulnya berbagai agenda politik, sehingga suasana berduka menjadi tidak kondusif. “Setiap kali saya datang ke sini, ada suara teriakan dan debat yang membuat kami sulit untuk berkabung dengan tenang,” ujarnya.

Isu ini menunjukan dampak dari konflik geopolitik yang mengorbankan nyawa warga sipil, yang terjebak di tengah-tengah pertikaian yang lebih besar antara dua negara. Sementara Azadeh menyatakan kritik pada tindakan Israel, ia juga berharap pemerintah Iran mampu berbuat lebih banyak untuk melindungi warganya.

Ketegangan antara Israel dan Iran bukanlah hal baru. Kedua negara telah berkonflik dalam berbagai bentuk selama bertahun-tahun, dan peristiwa ini hanya menyoroti betapa tragisnya dampak dari perseteruan tersebut bagi keluarga biasa yang tidak memiliki hubungan langsung dengan dinamika politik. Keluarga Abbasi adalah salah satu dari banyak contoh bagaimana ketidakpastian geopolitik bisa mengakibatkan kehilangan yang tidak terbayangkan.

Melihat ke depan, harapan akan perdamaian di kawasan ini patut diperjuangkan, agar tragedi seperti yang menimpa keluarga Abbasi tidak terulang lagi. Konsekuensi dari perang seringkali menimpa mereka yang paling tidak bersalah, dan cerita mereka perlu diangkat agar dunia menyadari realitas pahit yang dihadapi oleh banyak keluarga di Iran dan Israel.