Kebakaran Hutan di Jambi: Petugas Terkendala Akses dan Sumber Air
Kebakaran lahan dan hutan (karhutla) yang melanda Desa Gambut Jaya, Kecamatan Sungai Gelam, Kabupaten Muaro Jambi, memasuki hari keempat dan menunjukkan tanda-tanda yang mengkhawatirkan. Hingga kini, api belum berhasil dipadamkan akibat sulitnya akses ke lokasi dan terbatasnya sumber air untuk pemadaman.
Kepala Daops Manggala Agni Muaro Jambi, Sandy Prabowo, mengungkapkan bahwa tim gabungan dari TNI-Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Satgas Karhutla Jambi, serta warga dan perusahaan setempat, sedang berupaya memadamkan api. Meski telah dikerahkan seratus personel, situasi masih genting dengan kebakaran yang terus meluas di lahan gambut.
“Akses menuju lokasi kebakaran sangat menantang, sementara sumber air juga sulit didapat. Di samping itu, luasnya area yang terbakar dan kepungan asap membuat pemadaman semakin sulit,” jelas Sandy. Saat ini, Tim Satgas Karhutla telah berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan perusahaan PT WKS untuk melakukan teknik water bombing, namun upaya ini masih membutuhkan waktu dan sumber daya yang memadai.
Situasi ini memunculkan kekhawatiran di kalangan warga. Kebakaran lahan gambut tidak hanya mengancam ekosistem, namun juga kesehatan masyarakat akibat asap yang menyebar. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat peningkatan suhu di Jambi, dengan suhu maksimum mencapai 35 derajat Celsius pada pertengahan Juli 2025. Hal ini memperparah risiko kebakaran dan berdampak langsung pada kehidupan sehari-hari masyarakat, yang merasakan cuaca semakin panas.
“Intensitas panas yang tinggi dan berkurangnya tutupan awan membuat suhu terasa lebih ekstrem bagi kami. Banyak warga yang khawatir sehat mereka terganggu oleh asap dan polemik karhutla ini,” ungkap salah seorang warga lokal, Supriyanto.
Dengan kondisi yang semakin memburuk, BMKG juga mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap kemungkinan dampak puncak musim kemarau yang dapat memperburuk situasi karhutla. “Kami menyarankan agar warga tidak melakukan pembakaran lahan dan selalu memantau informasi cuaca” tambah Nabila, Ketua Bidang Data dan Informasi BMKG Stasiun Jambi.
Kondisi ini menggambarkan betapa kerentanan masyarakat terpapar oleh kebakaran lahan gambut, yang lebih dari sekadar bencana ekologis, melainkan juga ancaman pada kesehatan dan kestabilan sosial. Dalam menghadapi tantangan ini, kolaborasi semua pihak, termasuk masyarakat, pemerintah, dan perusahaan, sangat diperlukan untuk mengatasi masalah kebakaran yang terus berulang dan melindungi lingkungan hidup serta kesehatan publik.
Dampak dari kebakaran ini tidak hanya pada ekosistem, tetapi juga pada ekonomi masyarakat yang bergantung pada sumber daya hutan. Oleh karena itu, perhatian yang lebih serius dan tindakan preventif harus segera diambil agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.