Kabut Asap Melanda Banjarbaru, Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan
Banjarbaru—Kabut asap menyelimuti kawasan Jalan Ahmad Yani, Landasan Ulin Barat, Kecamatan Liang Anggang, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, pada Jumat dini hari, akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di sekitar wilayah tersebut. Fenomena ini memunculkan kekhawatiran di kalangan masyarakat setempat tentang kualitas udara dan kesehatan.
Salah satu pengendara, Muhammad Rifki, mengungkapkan bahwa ia awalnya mengira kabut tersebut adalah embun pagi. Namun, aroma menyengat yang tercium membuatnya menyadari bahwa itu adalah asap kebakaran. “Saya terkejut saat melihat kabut asap yang cukup jelas di Jalan Ahmad Yani. Setelah melintas sekitar tiga kilometer, kondisi asap agak berkurang,” ujarnya.
Kebakaran hutan yang menyebabkan kabut ini bukanlah permasalahan baru. Sebelumnya, pada Kamis (24/7) sore, kejadian serupa dilaporkan di Kecamatan Landasan Ulin, tepatnya sekitar enam kilometer dari lokasi kabut. Salah satu titik kebakaran berada di area Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari, yang semakin memperparah kondisi. Hal ini menambah tekanan bagi masyarakat yang sudah menghadapi kesulitan lainnya akibat pandemi dan krisis ekonomi.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalimantan Selatan segera merespons dengan menurunkan petugas untuk memadamkan api. Anggota Tenaga Kebencanaan BPBD Kalsel, Muhammad Rijali, menyatakan bahwa informasi mengenai kebakaran di Landasan Ulin Selatan diterima sekitar pukul 14.16 WITA. “Kami mampu menangani kebakaran di Landasan Ulin Selatan dengan cepat, meskipun petugas gabungan masih bekerja di Landasan Ulin Tengah,” tandasnya.
Pantauan di lapangan menunjukkan bahwa kabut asap menyebar hingga empat kilometer dengan visibilitas yang rendah. Meskipun terdapat area yang terlihat lebih jelas, masyarakat tetap perlu waspada, terutama bagi mereka yang mengidap masalah pernapasan. Aroma dan sifat asap dapat berbahaya, terutama jika terjadi dalam periode yang panjang.
Pihak BPBD menyarankan masyarakat untuk tetap waspada dan melaporkan jika melihat adanya kebakaran yang masih berlangsung. Kini, perhatian publik tidak hanya tertuju pada kebakaran tersebut tetapi juga pada dampaknya terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Dengan musim kemarau yang dapat memperparah kondisi, warga diminta untuk lebih ketat menjaga lingkungan dan melaporkan potensi kebakaran.
Selama beberapa tahun terakhir, kabut asap akibat kebakaran hutan di Kalimantan Selatan menjadi masalah serius yang mempengaruhi kualitas udara dan kesehatan masyarakat. Implikasi dari kondisi ini perlu diwaspadai, mengingat tingkat polusi udara dapat meningkat dan risiko penyakit pernapasan juga dapat meningkat. Hak masyarakat untuk mendapatkan udara bersih harus menjadi prioritas bagi pemerintah, bukan hanya dalam penanganan kebakaran, tetapi juga dalam mencegahnya melalui kebijakan yang lebih berkelanjutan.
Dengan situasi saat ini, harapan terbesar adalah kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pihak terkait lainnya untuk mengatasi masalah ini secara holistik demi kesehatan dan keselamatan semua warga Banjarbaru.