Netanyahu Janji Percepat Serangan ke Gaza, Hamas Sebut Hanya Kebohongan
Jakarta, CNN Indonesia – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengumumkan rencana untuk segera meluncurkan serangan baru ke Jalur Gaza dalam upaya mengalahkan kelompok Hamas dan membebaskan sandera yang masih terjebak. Dalam pernyataannya, Netanyahu menegaskan bahwa kekuatan militer Israel berencana untuk menyerang dua benteng terakhir Hamas, yang dinilai tak menunjukkan tanda-tanda menyerah.
Netanyahu menyampaikan komitmennya untuk menyelesaikan operasi militer ini “dengan cukup cepat”. Ia berujar, “Kami ingin menciptakan zona aman bagi penduduk sipil di Kota Gaza.” Menurut Netanyahu, kebijakan ini diambil untuk memindahkan sekitar satu juta pengungsi Palestina yang saat ini berada di kawasan tersebut. Namun, klaim Netanyahu tersebut menuai skeptisisme dari warga Gaza, yang menyebut bahwa zona aman yang dijanjikan sebelumnya tidak memberikan perlindungan dari serangan Israel.
“Saya ingin menekankan bahwa tujuan kami bukan untuk menduduki Gaza. Kami menginginkan sabuk keamanan di perbatasan kami, tetapi kami tidak berencana untuk tinggal di Gaza,” imbuh Netanyahu.
Menanggapi pernyataan tersebut, Hamas menuduh Netanyahu menyebarkan “serangkaian kebohongan.” Juru bicara media untuk kepala biro politik Hamas, Taher al-Nunu, mengecam klaim yang disampaikan Netanyahu, menegaskan bahwa kelompoknya tidak akan meletakkan senjata kecuali suatu negara Palestina yang merdeka didirikan. “Netanyahu terus berbohong dan mencoba menyesatkan publik,” katanya.
Di tingkat internasional, kecemasan menyelimuti rencana serangan tersebut. Miroslav Jenca, Asisten Sekretaris Jenderal PBB, memperingatkan bahwa aksi militer Israel berpotensi menyebabkan “bencana lain” yang dapat memperburuk keadaan di Gaza. Dalam pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB, Jenca menegaskan bahwa jika rencana ini dilaksanakan, akan ada pengungsi paksa, pembunuhan, dan kehancuran lebih lanjut di seluruh wilayah.
Sebanyak sejumlah negara Eropa, termasuk Denmark, Prancis, Yunani, Slovenia, dan Inggris, juga mengungkapkan keprihatinan tentang meningkatnya kelaparan di Gaza. Mereka berpendapat bahwa perluasan operasi militer hanya akan mengakibatkan lebih banyak korban di kalangan warga sipil, termasuk para sandera yang masih terjebak. “Ini adalah krisis yang disebabkan oleh manusia, dan tindakan segera diperlukan untuk menghentikan kelaparan serta meningkatkan bantuan ke Gaza,” ungkap mereka dalam pernyataan bersama.
Kepala pemerintahan Israel saat ini berusaha menjawab kritik terhadap strategi militer yang dijalankannya, terutama dalam konteks perlindungan bagi warga sipil di Gaza. Di tengah eskalasi ketegangan yang berlangsung lama ini, nasib ratusan warga sipil yang terjebak dalam konflik semakin menjadi sorotan dunia.
Situasi di Jalur Gaza saat ini menuntut perhatian internasional. Masyarakat internasional diminta untuk memberikan respons tepat guna mengurangi penderitaan dan menyelamatkan nyawa yang terancam akibat konflik yang berkepanjangan ini. Dengan kompleksitas yang ada, diperlukan diplomasi yang kuat untuk menemukan solusi yang dapat menghentikan sirkulasi kekerasan dan mendorong perdamaian yang berkelanjutan.