Internasional

Israel Setujui Pembangunan Permukiman Kontroversial di Tepi Barat, Warga Palestina Khawatir

Avatar photo
4
×

Israel Setujui Pembangunan Permukiman Kontroversial di Tepi Barat, Warga Palestina Khawatir

Sebarkan artikel ini

Pemerintah Israel Setujui Pembangunan Permukiman Baru di Tepi Barat, Memicu Protes dan Kekhawatiran

Jakarta, CNN Indonesia — Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, baru-baru ini mengumumkan persetujuan untuk pembangunan permukiman baru yang kontroversial di Tepi Barat, wilayah yang diduduki oleh Israel. Keputusan ini memicu kekhawatiran di kalangan warga Palestina dan berbagai organisasi hak asasi manusia, yang menilai langkah tersebut dapat mempersulit terwujudnya rencana pembentukan negara Palestina di masa depan.

Smotrich mengungkapkan bahwa pembangunan permukiman tersebut berpotensi memecah Tepi Barat menjadi dua bagian terpisah. Hal ini sejalan dengan pernyataannya, yang menyebutkan bahwa ada upaya dari berbagai negara untuk mengakui negara Palestina. Ia menegaskan, “Siapa pun di dunia yang hari ini mencoba mengakui negara Palestina akan menerima jawaban dari kami di lapangan,” seperti dilansir dari SBS pada Kamis (14/8).

Pernyataan Smotrich menciptakan gelombang protes di kalangan aktivis Palestina dan pendukung hak asasi manusia. Mereka berargumen bahwa tindakan tersebut akan semakin merusak peluang dialog damai dan memperburuk konflik yang sudah berkepanjangan. Menteri Keuangan tersebut menambahkan bahwa realitas politik saat ini akan mengubur gagasan pembentukan negara Palestina, dengan menyatakan, “Tidak ada lagi yang perlu diakui dan tidak ada orang yang bisa diakui.”

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, belum memberikan tanggapan resmi mengenai rencana pembangunan permukiman ini, meskipun sebelumnya ia telah menunjukkan dukungan terhadap proyek serupa. Pembangunan di kawasan E1, yang terletak di timur Yerusalem, merupakan rencana yang telah dibahas selama lebih dari dua dekade. Namun, proyek tersebut sempat terhenti akibat tekanan dari pemerintah Amerika Serikat di masa pemerintahan sebelumnya.

Dalam pernyataannya, Smotrich juga memuji Donald Trump dan duta besar AS untuk Israel, Mike Huckabee, sebagai “teman sejati Israel yang belum pernah kami miliki sebelumnya.” Kekhawatiran terhadap pembangunan ini bukan saja datang dari dalam negeri Israel, tetapi juga mendapat perhatian dari komunitas internasional. Beberapa negara, termasuk Australia, Prancis, dan Kanada, berencana untuk mengakui negara Palestina pada bulan September mendatang, yang menambah tensi dalam situasi politik di kawasan tersebut.

Situasi ini semakin kompleks dengan adanya rencana Netanyahu untuk memperluas visi politik Israel yang mencakup penguasaan wilayah di lima negara Arab. Pernyataan tersebut dianggap provokatif dan meningkatkan ketegangan antara Israel dan negara-negara tetangganya.

Kesimpulannya, keputusan Israel untuk melanjutkan pembangunan permukiman baru di Tepi Barat menunjukkan komitmen pemerintah untuk memperkuat posisinya di wilayah yang disengketakan. Namun, langkah ini juga membuka peluang bagi peningkatan ketegangan dan kekhawatiran akan masa depan negara Palestina. Para pengamat mengatakan, masyarakat internasional perlu terus memantau perkembangan ini dan mendorong dialog yang konstruktif untuk memastikan stabilitas di kawasan.