Israel Mulai Serangan Tahap Kedua di Gaza City, Korban Jiwa Meningkat Drastis
Jakarta, CNN Indonesia – Israel resmi meluncurkan serangan tahap kedua dalam upayanya merebut Gaza City. Kepala Staf Angkatan Darat Israel, Eyal Zamir, mengonfirmasi bahwa operasi ini bertajuk “Operasi Kereta Gideon” telah dimulai, dengan misi moral dan nasional untuk memulangkan sandera. Dalam pernyataannya pada Rabu (3/9), Zamir menegaskan pentingnya fase kedua ini bagi strategi militer Israel dalam konflik dengan milisi Hamas di Gaza.
Serangan baru ini merupakan kelanjutan dari persetujuan rencana Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang disetujui oleh Kabinet Keamanan Israel pada 8 Agustus lalu. Dalam rencana tersebut, Israel berkomitmen untuk secara bertahap menduduki kembali Jalur Gaza, dimulai dari Gaza City, yang terletak di utara wilayah tersebut.
Menanggapi perkembangan ini, Brigade Al Qassam, sayap bersenjata Hamas, meluncurkan Operasi Staf Musa, sebagai balasan terhadap serangan Israel. Mereka mengklaim telah melakukan serangan terhadap kendaraan militer Israel di Kota Jabalia, juga terletak di utara Gaza. Pada Kamis (4/9), media lokal Israel melaporkan bahwa pasukan Israel berencana mengusir paksa warga sipil di Gaza City dalam beberapa hari ke depan. Dalam persiapan tersebut, militer Zionis dikabarkan juga akan mengeluarkan perintah evakuasi bagi penduduk.
Perdana Menteri Netanyahu, pada 20 Agustus lalu, mengonfirmasi bahwa dia telah memerintahkan percepatan rencana pendudukan. Keputusan ini memicu kecaman luas dari komunitas internasional yang menentang langkah agresif tersebut.
Sejak dimulainya serangan brutal ini pada Oktober 2023, lebih dari 64.200 jiwa dilaporkan telah tewas akibat agresi Israel, dengan mayoritas korban adalah anak-anak dan perempuan. Peningkatan jumlah korban jiwa ini menunjukkan betapa parahnya dampak konflik yang melanda wilayah Gaza.
Bencana kemanusiaan semakin mendalam, dimana laporan dari Integrated Food Security Phase Classification (IPC) pada 22 Agustus lalu mengungkapkan bahwa lebih dari setengah juta warga Gaza kini menghadapi ancaman kelaparan, kemiskinan, dan kematian. Di tengah situasi sulit ini, diperkirakan sekitar 132.000 anak berusia di bawah lima tahun berisiko mengalami kekurangan gizi akut, dengan lebih dari 43.000 di antaranya berada dalam kondisi mengancam jiwa dalam waktu dekat.
Krisis kemanusiaan yang terjadi di Gaza, diperparah oleh serangan yang semakin intensif, memicu seruan mendesak bagi bantuan internasional. Namun, langkah-langkah diplomatik untuk mengatasi konflik ini masih menemui banyak hambatan. Sementara itu, masyarakat internasional terus memperhatikan situasi ini, mengingat implikasi dari konflik yang berkepanjangan tidak hanya berdampak pada wilayah tersebut tetapi juga pada stabilitas regional secara keseluruhan.
Dalam konteks ini, penting bagi semua pihak untuk mencari solusi yang berkelanjutan demi perdamaian dan stabilitas di kawasan, serta melindungi hak-hak asasi manusia seluruh warga yang terjebak dalam konflik ini.