Serangan Israel Kembali Guncang Gaza di Tengah Gencatan Senjata
Jakarta, CNN Indonesia – Meskipun ada kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas, Israel kembali meluncurkan serangan udara di Gaza yang mengakibatkan sejumlah korban jiwa. Dalam sebuah pernyataan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menginstruksikan militernya untuk melakukan serangan besar sebagai respons atas pelanggaran gencatan senjata oleh kelompok Hamas. Pada serangan terbaru, dua orang dilaporkan tewas dan empat lainnya luka-luka setelah pesawat tempur Israel membombardir sebuah bangunan tempat tinggal di wilayah Sabra dan area dekat Rumah Sakit Al-Shifa, rumah sakit terbesar yang masih beroperasi di Gaza utara. Namun, Hamas menyebut angka korban tewas mencapai sembilan orang.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menuduh Hamas melakukan serangan terhadap pasukan IDF di Gaza tanpa memberikan rincian lokasi serangan tersebut. Ia menyatakan bahwa kelompok tersebut harus bertanggung jawab dan akan menerima konsekuensi berat atas tindakan mereka. “Serangan Hamas hari ini terhadap tentara IDF merupakan pelanggaran batas yang akan ditanggapi dengan kekuatan besar,” ujar Katz, yang dikutip oleh AFP.
Serangan ini merupakan bagian dari siklus kekerasan yang terus berlanjut meskipun gencatan senjata, yang didukung oleh Amerika Serikat, mulai berlaku pada 10 Oktober lalu. Selama tiga minggu terakhir, kedua belah pihak—Israel dan Hamas—sal saling menuduh melanggar kesepakatan tersebut. Otoritas kesehatan Gaza mencatat bahwa sekitar 68 ribu orang tewas akibat serangan Israel, dengan ribuan lainnya masih dilaporkan hilang.
Media Israel juga melaporkan terjadinya baku tembak antara tentara Israel dan pejuang Hamas di Kota Rafah, Gaza selatan. Militer Israel belum memberikan komentar resmi mengenai insiden ini, sementara Hamas membantah keterlibatannya dalam kejadian tersebut dan menegaskan komitmennya terhadap gencatan senjata.
Netanyahu dalam pernyataannya menyatakan bahwa pelanggaran yang dilakukan oleh Hamas, termasuk penyerahan beberapa jasad yang tidak tepat dalam proses pengembalian jenazah, menunjukkan niat mereka untuk melanggar kesepakatan. Salah satu jasad yang diserahkan, menurut Netanyahu, adalah Ofir Tzarfati, seorang warga Israel yang tewas dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Rencana Hamas untuk menyerahkan jenazah seorang sandera dari terowongan Gaza pada Selasa lalu juga dibatalkan, karena mereka menganggap Israel telah melanggar gencatan senjata. Hamas berargumen bahwa Netanyahu tengah mencari alasan untuk tidak memenuhi kewajibannya dalam kesepakatan damai tersebut.
Kesepakatan gencatan senjata mensyaratkan bahwa Hamas harus membebaskan semua sandera yang masih hidup dengan imbalan hampir 2.000 narapidana Palestina yang ditahan tanpa proses peradilan. Sementara itu, Israel diharuskan menarik pasukannya dan menghentikan serangan di Gaza.
Perkembangan terbaru dalam pencarian jenazah sandera menunjukkan adanya alat berat yang tiba dari Mesir, dengan tim bersama pejuang Hamas mulai menggali di lokasi yang diduga menjadi tempat jenazah berada. Saksi mata melaporkan bahwa penggalian berlangsung di kedalaman sekitar 12 meter, berpotensi berada di dalam jaringan terowongan Hamas. Penemuan jenazah terhalang oleh kondisi Gaza yang porak-poranda akibat serangan yang intensif.
Sebagai kesimpulan, situasi di Gaza semakin rumit dengan bertambahnya angka korban jiwa dan intensifikasi serangan, menjadikan gencatan senjata yang sudah disepakati sulit untuk dipertahankan. Penanganan krisis ini memerlukan perhatian lebih dari komunitas internasional untuk mencegah tragedi kemanusiaan yang lebih besar.







