Israel Mendeportasi Aktivis Pro-Palestina, Termasuk Greta Thunberg, Setelah Mencegat Armada Global Sumud Flotilla
Jakarta – Israel mengumumkan akan mendeportasi aktivis pro-Palestina yang ditangkap saat mencegat armada laut Global Sumud Flotilla (GSF) yang berusaha memasuki Gaza. Kementerian Luar Negeri Israel menyatakan tidak ada satu pun kapal yang berhasil menembus blokade maritim yang diberlakukan di wilayah tersebut.
Armada GSF, yang terdiri dari sekitar 45 kapal, memulai pelayarannya untuk mengirim bantuan kemanusiaan ke Gaza sejak bulan lalu. Di antara para penumpang terdapat sejumlah politisi dan aktivis ternama, termasuk aktivis iklim asal Swedia, Greta Thunberg. Sejak Rabu, Angkatan Laut Israel berhasil mencegat kapal-kapal GSF satu per satu di perairan yang diklaim berada di bawah kendali blokade Israel.
Dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri Israel menyebutkan, “Tidak ada satu pun kapal pesiar provokasi Hamas-Sumud yang berhasil memasuki zona pertempuran aktif atau melanggar blokade laut yang sah.” Satu kapal terakhir dari armada ini masih berada di jarak jauh, dan jika mendekat, aksi pencegahan terhadap kapal tersebut akan dilakukan.
Mengutip Menteri Luar Negeri Yunani, George Gerapetritis, berita dari ERT melaporkan bahwa dari total 45 kapal, sekitar 39 kapal telah dicegat dan saat ini dalam perjalanan menuju pelabuhan Ashdod, Israel. “Semua penumpang dalam keadaan sehat. Tidak ada kekerasan yang terjadi,” tambah Gerapetritis.
Israel menyatakan bahwa para aktivis yang ditangkap akan segera dideportasi ke Eropa, meskipun tidak merinci tujuan spesifik negara mereka. “Para penumpang Hamas-Sumud di kapal pesiar mereka sedang menuju Israel dengan aman dan damai, di mana prosedur deportasi mereka ke Eropa akan dimulai,” ungkap Kementerian Luar Negeri Israel dalam unggahan di platform X, menyertakan foto Greta Thunberg dan aktivis lainnya.
Tindakan Israel ini mendapatkan kecaman keras dari Hamas, yang menyebut pencegahan armada GSF sebagai “kejahatan pembajakan dan terorisme maritim”. Soliditas dukungan untuk Palestina terus meningkat secara global, dengan banyak pihak, baik aktivis maupun pemerintahan, mengecam tindakan Israel di Gaza.
Negara-negara seperti Spanyol dan Italia, yang mengirim penjaga angkatan laut untuk melindungi warganya di dalam armada GSF, juga telah menyesalkan situasi ini, mendesak para aktivis untuk berhenti sebelum memasuki zona eksklusi yang ditetapkan Israel di lepas pantai Gaza.
Armada GSF memulai pelayaran mereka dari beberapa pelabuhan di Eropa dan sempat berlabuh selama 10 hari di Tunisia sebelum melanjutkan perjalanan pada 15 September. GSF bertekad untuk terus melanjutkan upaya mereka mematahkan pengepungan dan mengirimkan bantuan ke Gaza meskipun menghadapi gangguan yang mereka sebut sebagai taktik “intimidasi” oleh militer Israel.
Organisasi kemanusiaan dan aktivis menegaskan bahwa mereka tetap “waspada saat memasuki area di mana armada sebelumnya dicegat dan/atau diserang”. Israel sebelumnya juga berhasil mencegah kampanye armada serupa pada bulan Juni dan Juli.
Tindakan Israel ini menimbulkan ketegangan baru di kawasan, di tengah upaya internasional guna mendukung hak-hak Palestina dan memberikan bantuan kemanusiaan kepada mereka yang terdampak konflik.