Pemadaman Listrik Nasional Irak Akibat Lonjakan Suhu Ekstrem
Ibu Kota Baghdad, CNN Indonesia — Irak mengalami pemadaman listrik nasional pada Senin (11/8) akibat lonjakan suhu yang mencapai rekor tertinggi, yakni 50 derajat Celsius. Kejadian ini menyebabkan permintaan energi melonjak hingga ke titik maksimum, mengakibatkan krisis listrik yang meluas di berbagai wilayah, terutama di Baghdad dan provinsi tengah serta selatan.
Kementerian Ketenagalistrikan Irak mengungkapkan bahwa jaringan listrik mengalami pemadaman total setelah dua jalur transmisi utama ditutup. “Permintaan listrik terus meningkat di tengah kondisi cuaca yang ekstrem. Hal ini menjadi tantangan besar bagi sistem penyediaan energi kita,” ujar pernyataan resmi kementerian tersebut.
Meskipun masyarakat masih dapat mengandalkan generator pribadi, upaya untuk mengatasi pemadaman ini semakin mendesak. Situasi ini diperparah oleh banyaknya jamaah Muslim Syiah yang berkumpul di provinsi Karbala untuk menghadiri peringatan keagamaan, yang di mana kebutuhan listrik meningkat signifikan.
Mohammed Nehme, Wakil Menteri Ketenagalistrikan untuk Urusan Produksi, menyatakan bahwa pemadaman berlangsung secara mendadak akibat gangguan di pembangkit listrik Hamidiya di provinsi Anbar. “Tim teknis kami sedang bekerja untuk mengatasi gangguan tersebut dan berupaya memulihkan pasokan listrik secara bertahap,” jelasnya. Nehme juga menambahkan bahwa dalam beberapa jam ke depan, layanan diharapkan dapat pulih sepenuhnya.
Ketua Komite Energi Parlemen Irak menyampaikan bahwa pemadaman ini tidak berdampak pada wilayah semi-otonom Kurdistan, di mana jaringan listrik dikelola secara terpisah. Selama bertahun-tahun, masyarakat Irak telah terbiasa menggunakan generator pribadi untuk memenuhi kebutuhan listrik mereka, mengingat pasokan dari pemerintah seringkali tidak mencukupi. Beberapa warga bahkan beralih ke energi terbarukan, seperti tenaga surya, sebagai alternatif.
Sejak invasi yang dipimpin Amerika Serikat pada 2003 dan penggulingan Saddam Hussein, Irak berjuang untuk menyediakan pasokan energi yang layak bagi warganya. Kurangnya investasi dan pengelolaan yang tidak memadai telah mengakibatkan jaringan listrik nasional tidak dapat memenuhi permintaan. Krisis ini pernah memicu protes besar-besaran di Baghdad pada musim panas 2021, saat pemadaman listrik dan air berlangsung secara meluas ketika suhu melampaui 50 derajat Celsius.
Pemerintah Irak juga menghadapi tantangan dari kebijakan luar negeri, khususnya terkait hubungan dengan Iran. Pada Maret lalu, pemerintahan AS di bawah mantan presiden Donald Trump mencabut bantuan keringanan untuk pembayaran listrik yang diimpor dari Iran, sebagai bagian dari kampanye tekanan terhadap Teheran. Irak sangat bergantung pada gas alam Iran untuk pembangkit listriknya, dan kehilangan sumber tersebut menjadi krisis tersendiri.
Dengan situasi yang semakin memprihatinkan, Kementerian Ketenagalistrikan Irak beroperasi dalam “mode darurat penuh” untuk memulihkan layanan. Waktu dan daya upaya yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah ini akan menjadi perhatian utama, terutama mengingat dampak yang dirasakan oleh masyarakat di seluruh negeri.