Sektor Manufaktur Jadi Penopang Utama Penyerapan Tenaga Kerja
Jakarta – Sektor manufaktur di Indonesia terbukti memiliki kontribusi signifikan dalam penyerapan tenaga kerja. Tenaga Ahli Utama Kantor Komunikasi Kepresidenan, Fithra Faisal, mengungkapkan bahwa sektor ini menyuplai sekitar 19 persen dari total perekonomian Indonesia. Hal ini diungkapkan dalam konferensi pers yang berlangsung Rabu (27/8).
Menurut Fithra, investasi dalam sektor industri diharapkan dapat memacu pertumbuhan dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM). “Penting bagi kita untuk fokus pada peningkatan kapasitas SDM, agar masyarakat dapat berpartisipasi secara langsung ketika investasi masuk,” ujarnya.
Dia juga menambahkan bahwa investasi telah menciptakan sekitar 1,2 juta lapangan kerja baru pada paruh pertama tahun 2025. Dengan proyeksi yang optimis, total serapan tenaga kerja diperkirakan akan mencapai antara 3,5 hingga 3,6 juta lapangan kerja dalam tahun yang sama.
Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi, Todotua Pasaribu, menyatakan bahwa sektor manufaktur memang paling efisien dalam menyerap tenaga kerja. “Sektor industri manufaktur adalah yang paling banyak menyerap tenaga kerja karena masih mengandalkan tenaga kerja padat karya,” jelasnya. Ia mendorong para pencari kerja untuk mempersiapkan diri, mengingat pertumbuhan tenag kerja di sektor ini akan terus meningkat.
Berdasarkan data dari Kementerian Investasi dan Hilirisasi, subsektor manufaktur yang paling banyak menyerap tenaga kerja meliputi industri tekstil dan produk tekstil (TPT), industri alas kaki dan kulit, industri makanan dan minuman, industri elektronik dan komponen, serta industri otomotif.
Namun, Todo juga menekankan perlunya melihat penyerapan tenaga kerja dari berbagai sudut pandang. Misalnya, dalam sektor pengolahan nikel, yang meskipun mungkin tidak menyerap banyak tenaga kerja, memiliki potensi untuk membangun ekosistem ekonomi yang lebih besar. “Jumlah tenaga kerja yang diserap mungkin tidak sebanyak pabrik sepatu, tetapi investasi semacam ini akan menciptakan nilai ekonomi yang besar,” tuturnya.
Secara keseluruhan, investasi dalam sektor manufaktur diharapkan tidak hanya fokus pada penyerapan tenaga kerja semata, tetapi juga untuk menciptakan ekosistem ekonomi yang berkelanjutan dan berdaya saing. Keberlanjutan dan peningkatan kualitas SDM harus menjadi prioritas agar dapat mengikuti perkembangan industri yang semakin kompetitif.
Dengan demikian, prospek dan tantangan yang dihadapi oleh sektor manufaktur tidak hanya menjadi perhatian pemerintah, tetapi juga seluruh lapisan masyarakat yang ingin memanfaatkan peluang kerja di dalamnya. Kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat menjadi kunci untuk mengoptimalkan potensi yang ada, serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan.