Dukungan Indonesia untuk UNRWA: Kebutuhan Mendesak di Tengah Krisis
Menteri Luar Negeri Indonesia, Sugiono, menegaskan bahwa dukungan politik kepada Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina di Kawasan Timur Tengah (UNRWA) merupakan keharusan, bukan pilihan. Pernyataan tersebut disampaikan dalam pertemuan Tingkat Menteri Tahunan UNRWA yang berlangsung di sela-sela Sidang ke-80 Majelis Umum PBB di New York, pada Kamis lalu.
“DUkungan politik bukanlah pilihan, melainkan suatu keharusan, terutama dalam hal perpanjangan mandat UNRWA,” ujar Sugiono. Dalam kesempatan itu, dia juga menekankan bahwa kehadiran Indonesia di pertemuan ini bertujuan untuk menegaskan komitmen terus-menerus terhadap UNRWA, mengingat pentingnya peran lembaga tersebut bagi kehidupan jutaan warga Palestina.
Sugiono menjelaskan bahwa UNRWA tidak hanya menjalankan fungsi kemanusiaan yang vital, tetapi juga menjadi bagian integral dari upaya multilateralisme internasional. Meskipun demikian, UNRWA kini berhadapan dengan tantangan tanpa preceden, termasuk tekanan politik dan kekurangan dana yang serius.
“Di antara tantangan ini adalah penekanan politik dari Israel, pelarangan aktivitas UNRWA di wilayah Palestina yang diduduki, dan pencabutan hak istimewa serta kekebalan staf UNRWA akibat pengakhiran perjanjian 1967 antara Israel dan badan tersebut,” imbuhnya.
Kekurangan dana juga menjadi masalah mendesak. Banyak negara mengurangi dukungan finansial mereka, dan sebagian besar pendanaan UNRWA bersifat sukarela, sehingga mengganggu operasional harian lembaga tersebut.
Pemerintah Indonesia menyoroti inisiatif PBB, yang dikemukakan oleh Sekretaris Jenderal, mengenai kemungkinan perubahan struktural dalam program bantuan kemanusiaan internasional. Sugiono menekankan pentingnya memastikan bahwa proses penataan ulang ini tidak mengubah mandat UNRWA, khususnya perannya dalam menegakkan hak-hak pengungsi Palestina.
“Pendanaan yang berkelanjutan dan dapat diprediksi merupakan nadi utama operasi UNRWA. Oleh karena itu, Indonesia berkomitmen untuk terus memberikan kontribusi kepada UNRWA, baik melalui pemerintah maupun saluran inovatif lainnya,” jelas Sugiono.
Dalam penjelasannya, Menlu juga mengungkapkan prediksi bahwa operasional normal UNRWA hanya dapat bertahan hingga akhir September 2025 dan diperkirakan akan beroperasi hanya dua hari dalam seminggu pada bulan November mendatang.
Sejak tahun 2024, Indonesia telah meningkatkan dukungan pendanaan untuk UNRWA, melalui bantuan terkoordinasi dari berbagai sumber serta peningkatan kontribusi sukarela. Selain itu, Indonesia juga menjalin kerja sama dengan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) untuk penyaluran bantuan.
Dengan langkah-langkah strategis ini, Indonesia menunjukkan komitmen yang kuat terhadap bantuan kemanusiaan dan solidaritas internasional kepada rakyat Palestina, serta menegaskan perlunya dukungan berkelanjutan untuk mengatasi krisis yang mereka hadapi.