Berita

Hujan Deras Guyur Jawa Timur Meski Musim Kemarau Masih Berlaku

Avatar photo
3
×

Hujan Deras Guyur Jawa Timur Meski Musim Kemarau Masih Berlaku

Sebarkan artikel ini

Hujan Tak Terduga Guyur Jawa Timur, BMKG Imbau Waspada

SURABAYA – Beberapa wilayah di Jawa Timur belakangan ini mengalami hujan deras meskipun secara resmi musim hujan belum dimulai. Fenomena ini disebabkan oleh gangguan gelombang atmosfer yang memengaruhi cuaca di daerah tersebut.

Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda, Thariq Harun Al Rasyiid, menjelaskan bahwa kondisi cuaca yang berubah drastis ini akibat dari gelombang atmosfer Madden Julian Oscillation (MJO) dan Rossby. “Peningkatan curah hujan ini disebabkan oleh dua gangguan atmosfer tersebut,” ungkap Thariq saat dihubungi detikJatim, pada Sabtu (20/9/2025).

Meskipun hujan turun, Thariq menyatakan bahwa wilayah Jawa Timur saat ini masih dalam masa kemarau. Ia menyebutkan bahwa kondisi cuaca telah cenderung stabil meskipun ada hujan yang terjadi secara sporadis. “Secara umum, wilayah Jawa Timur masih memasuki musim kemarau, dan untuk saat ini, cuaca sudah cenderung stabil,” terangnya.

Menghadapi kondisi cuaca yang tidak terduga ini, BMKG Juanda mengeluarkan imbauan kepada masyarakat agar tetap waspada. Thariq menekankan pentingnya perhatian terhadap perubahan cuaca yang bisa terjadi mendadak. Ia meminta masyarakat dan instansi terkait untuk selalu siap siaga.

Dalam konteks musim kemarau yang masih berlangsung, BMKG juga mendorong masyarakat untuk menghemat penggunaan air dan meminimalkan risiko kebakaran lahan. “Kami mengajak masyarakat untuk menjaga kebersihan, menghemat air, dan melakukan tindakan pencegahan. Ini penting untuk meminimalisir risiko kebakaran lahan serta melindungi pasokan air bersih,” pungkas Thariq.

Perubahan cuaca yang tidak terduga ini sangat relevan bagi banyak masyarakat, terutama di daerah yang bergantung pada pertanian dan perkebunan. Hujan yang tiba-tiba bisa merusak tanaman yang tidak siap, namun di sisi lain, bisa menjadi berkah bagi daerah yang kekurangan air.

Dengan langkah antisipasi yang tepat, masyarakat diharapkan bisa lebih siap menghadapi perubahan cuaca dan menjaga kelestarian lingkungan, terutama di tengah tantangan musim kemarau yang terus berlanjut. Melalui kesadaran dan tindakan kolektif, diharapkan risiko kebakaran lahan dan dampak negatif lain dari perubahan cuaca dapat diminimalkan.

Situasi cuaca yang semakin dinamis ini menjadi pengingat pentingnya pemantauan dan mitigasi risiko iklim bagi masyarakat. Sebagai bagian dari upaya menjaga ketahanan pangan dan lingkungan, kerja sama antara masyarakat, pemerintah, dan lembaga terkait sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan yang ada.