Berita

Hari Kunjung Perpustakaan: Ajak Masyarakat Dekat dengan Buku dan Literasi

Avatar photo
2
×

Hari Kunjung Perpustakaan: Ajak Masyarakat Dekat dengan Buku dan Literasi

Sebarkan artikel ini

Hari Kunjung Perpustakaan: Mendorong Minat Baca di Era Digital

Setiap tanggal 14 September, Indonesia merayakan Hari Kunjung Perpustakaan. Peringatan ini lebih dari sekadar kegiatan seremonial; ia merupakan ajakan kepada masyarakat untuk meningkatkan kedekatan mereka dengan buku, literasi, dan pengetahuan. Dalam era digital yang penuh dengan arus informasi, peran perpustakaan sebagai ruang belajar dan pusat interaksi menjadi sangat penting.

Sejarah Hari Kunjung Perpustakaan

Hari Kunjung Perpustakaan diresmikan pada 14 September 1995 atas inisiatif Mastini Hardjoprakoso, Kepala Perpustakaan Nasional RI pertama. Ia menyampaikan usulan melalui surat resmi kepada Presiden Soeharto pada tanggal 11 Agustus 1995. Usulan tersebut disetujui dan diumumkan sebagai Hari Kunjung Perpustakaan yang diperingati setiap tahunnya.

Sejak era 1960-an, Indonesia sudah dikenal sebagai negara dengan tingkat produktivitas penerbitan yang tinggi. Pada tahun 1963, sektor swasta mulai aktif dalam dunia penerbitan, menarik perhatian internasional. Amerika Serikat bahkan membuka cabang Perpustakaan Nasional di Indonesia untuk memperoleh buku-buku terbitan lokal.

Dalam refleksi penetapan hari tersebut, Mastini menekankan pada semangat Presiden Sukarno yang menjadikan literasi sebagai prioritas bangsa. Sukarno dikenal sebagai sosok yang gemar membaca dan mendorong masyarakat untuk membangun budaya literasi yang kukuh. Dengan demikian, peringatan ini diharapkan bukan hanya menjadi momen seremonial, melainkan juga gerakan budaya untuk menumbuhkan minat baca.

Perpustakaan Sebagai Pusat Aktivitas Masyarakat

Di Jawa Timur, perpustakaan telah berkembang menjadi lebih dari sekadar tempat menyimpan buku. Banyak perpustakaan kini menyediakan ruang diskusi, coworking space, serta program literasi kreatif yang menjadikannya sebagai pusat kegiatan masyarakat. Ini semua bertujuan untuk menarik generasi muda agar lebih dekat dengan literasi.

Berikut beberapa perpustakaan di Jawa Timur yang bisa dikunjungi:

  1. Perpustakaan Bank Indonesia (BI) Surabaya: Terletak di Jl. Pahlawan No. 105, Surabaya. Perpustakaan ini terkenal dengan koleksi buku ekonomi dan memiliki fasilitas e-library serta ruang diskusi.

  2. C2O Library & Collabtive, Surabaya: Berada di Jl. Dr. Cipto No. 20. Menjadi tempat yang nyaman untuk diskusi dan kegiatan kreatif, dengan suasana yang cozy dan mendukung komunitas lokal.

  3. Perpustakaan Kota Malang: Berada di Jl. Besar Ijen No. 30, Malang. Dikenal aktif mengadakan lomba menulis dan seminar, perpustakaan ini menjadi pusat literasi yang strategis.

  4. Perpustakaan Universitas Brawijaya, Malang: Memiliki koleksi yang kaya dan fasilitas modern, termasuk ruang diskusi dan e-library.

  5. Perpustakaan Bung Karno, Blitar: Menyatu dengan kawasan wisata sejarah, perpustakaan ini menjadi lokasi menarik untuk wisata literasi.

Tantangan Literasi di Era Digital

Meskipun jumlah perpustakaan terus meningkat, tantangan literasi di era digital tetap menjadi perhatian. Generasi muda lebih cenderung mengakses informasi melalui media sosial dibandingkan membaca buku. Untuk itu, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur berupaya melakukan transformasi digital agar perpustakaan tetap relevan.

Inovasi seperti GITARKUSMART, REST AREA, dan WARAS dihadirkan untuk menjangkau masyarakat dengan lebih efisien. Beberapa layanan kreatif, seperti Drive Thru Perpustakaan, juga memudahkan peminjaman buku tanpa turun dari kendaraan.

Momentum peringatan ini diharapkan mampu menginspirasi masyarakat untuk lebih akrab dengan dunia literasi. Penyebaran informasi yang berkualitas dan budaya membaca yang kuat sangat penting bagi pengembangan daya kritis dan wawasan masyarakat. Literasi bukan sekadar membaca, melainkan juga memperkuat identitas bangsa.

Melalui upaya ini, diharapkan perpustakaan di Jawa Timur dapat terus bertransformasi menjadi pusat aktivitas literasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat di tengah gempuran digitalisasi.