Internasional

Hamas Kecam Pernyataan Fatah tentang Pelucutan Senjata di Tengah Agresi Israel

Avatar photo
1
×

Hamas Kecam Pernyataan Fatah tentang Pelucutan Senjata di Tengah Agresi Israel

Sebarkan artikel ini

Hamas Menolak Seruan Pelucutan Senjata oleh Fatah di Tengah Agresi Israel

Jakarta, CNN Indonesia — Gerakan perlawanan Hamas mengecam pernyataan Menteri Luar Negeri Palestina, Varsen Aghabekian Shahin, dari partai Fatah, yang menyerukan pelucutan senjata terhadap kelompok tersebut. Pernyataan ini muncul di tengah situasi kritis yang dialami Palestina akibat serangan brutal Israel.

Hamas menyatakan kekecewaannya melalui pernyataan resmi, mencerminkan ketidakpuasan atas komentar Shahin, yang dinilai tidak mencerminkan solidaritas terhadap rakyat Palestina. “Pernyataan itu tidak melayani kepentingan rakyat kami atau kepentingan nasional,” ungkap Hamas. Mereka menegaskan bahwa perlawanan bersenjata adalah hak yang sah selama pendudukan Israel masih berlangsung, dan menyatakan kesiapan untuk melepaskan senjata hanya jika hak-hak rakyat Palestina terpulihkan sepenuhnya, termasuk kemerdekaan dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota.

Hamas juga mendesak Otoritas Palestina, yang dikuasai oleh Fatah, untuk menarik kembali pernyataan tersebut dan bersatu dengan masyarakat Palestina dalam perjuangan melawan Israel. Menurut Hamas, Israel berencana untuk melenyapkan keberadaan rakyat Palestina dan mencaplok seluruh wilayah mereka. Seruan ini datang setelah Shahin menyatakan, bahwa Hamas tidak akan lagi menguasai Gaza dan harus menyerahkan senjatanya kepada pemerintahan yang diakui oleh komunitas internasional.

Fatah dan Hamas memiliki sejarah panjang sebagai rival, meskipun keduanya sama-sama menginginkan kemerdekaan bagi Palestina. Namun, perbedaan pendekatan dan visi dalam mencapai tujuan itu sering kali menimbulkan ketegangan. Dalam pernyataannya, Shahin juga menyerukan kehadiran pasukan penjaga perdamaian internasional dan penarikan penuh tentara Israel dari Jalur Gaza. Ini disampaikan di tengah operasi militer Israel yang semakin intensif, yang dimulai pada Oktober 2023, yang telah menewaskan lebih dari 61.000 orang Palestina dan memaksa jutaan lainnya untuk mengungsi.

Setelah pernyataan tersebut, situasi semakin mengkhawatirkan. Serangan yang terjadi tidak hanya menyasar individu, tetapi juga menghancurkan infrastruktur dan objek sipil, menyebabkan dampak kemanusiaan yang parah. Dalam konteks ini, kritik dari Hamas terhadap Fatah semakin menambah kompleksitas situasi politik di Palestina.

Krisis ini menggambarkan babak baru dalam konflik yang telah berlangsung lama antara Palestina dan Israel. Dengan latar belakang ketegangan yang terus meningkat, opini serta langkah-langkah dari setiap pihak akan sangat mempengaruhi arah perjuangan rakyat Palestina menuju kemerdekaan.

Hamas berharap agar Otoritas Palestina memperkuat posisi bersama rakyat, dan mengedepankan langkah-langkah strategis demi kepentingan bersama. Dalam situasi darurat seperti ini, seluruh komponen masyarakat Palestina diharapkan dapat bersatu untuk menghadapi tantangan yang ada, terutama terhadap ancaman dari luar yang berupaya merenggut hak-hak dasar mereka.