Nasional

Gubernur Jabar Soroti Krisis Air Bersih Warga Dekat Pabrik Aqua

Avatar photo
5
×

Gubernur Jabar Soroti Krisis Air Bersih Warga Dekat Pabrik Aqua

Sebarkan artikel ini

Gubernur Jabar Tindak Lanjuti Keluhan Warga Soal Krisis Air Bersih di Area Pabrik Aqua

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menegaskan pentingnya keseimbangan antara kebutuhan industri dan akses air bersih bagi masyarakat. Pernyataan tersebut disampaikan setelah melakukan inspeksi mendadak ke PT Tirta Investama (pabrik Aqua) di Subang pada Rabu, 22 Oktober. Dalam kunjungan tersebut, Dedi menerima keluhan dari warga mengenai sulitnya memperoleh air bersih, yang semakin memprihatinkan di tengah aktivitas eksploitasi sumber daya air oleh perusahaan.

Dedi mengungkapkan, “Air yang diambil dari sini dijual dengan harga tinggi, sementara warga di sekitar gunung tidak memiliki akses untuk mandi karena kekurangan air bersih.” Penegasan ini menyoroti kondisi yang dialami oleh masyarakat sekitar yang telah lama menjadi dasar dari keprihatinan sosial.

Selama dialog dengan warga, Dedi mendengarkan langsung keluhan dari perwakilan masyarakat. Salah satu ketua RW mengungkapkan, “Kami tidak mendapatkan bantuan dalam bentuk air bersih; saya sendiri belum pernah merasakan kontribusi dari Aqua.” Kurangnya program penyaluran air bersih yang dirasakan warga menjadi sorotan utama, dan angin segar datang dari Gubernur yang berkomitmen untuk memperjuangkan kebutuhan dasar masyarakat.

Krisis air bersih ini bukan hanya terjadi di Subang. Laporan serupa juga masuk dari Klaten, Bogor, dan Pasuruan, di mana sumur-sumur mengering akibat musim kemarau, memaksa warga untuk membeli air demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) pada 2021 menunjukkan penurunan drastis debit air irigasi hingga 76 persen di Desa Kepanjen, Klaten, pascaoperasi pabrik Aqua. Dampak ini berimbas pada peningkatan biaya produksi pertanian sebesar 62 persen, yang menambah beban ekonomi para petani lokal.

Menghadapi tantangan ini, para pengamat menilai perlunya evaluasi menyeluruh terhadap pengelolaan sumber daya air, terutama di sekitar kawasan industri. Mereka mengingatkan bahwa keberadaan perusahaan harus dapat berjalan seimbang dengan keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Tindakan dan kebijakan yang proaktif diperlukan untuk mencegah konflik antara kepentingan industri dan hak-hak masyarakat lokal.

Menanggapi kritik tersebut, pihak Aqua menjelaskan bahwa mereka berkomitmen untuk berkolaborasi dengan masyarakat dan LSM dalam upaya memastikan pengelolaan sumber daya air dilakukan secara adil, transparan, dan berkelanjutan. Keterlibatan masyarakat dalam setiap program perusahaan menjadi langkah penting untuk menciptakan sinergi positif antara industri dan komunitas.

Situasi ini mencerminkan tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan sumber daya alam di Indonesia, di mana pertumbuhan industri seringkali berpotensi mengabaikan kesejahteraan masyarakat. Dedi Mulyadi optimis bahwa dengan pendekatan yang tepat, permasalahan ini dapat teratasi, sehingga semua pihak dapat mendapatkan manfaat secara adil.