Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka baru-baru ini menarik perhatian saat membahas potensi hilirisasi kemenyan, sebuah komoditas yang berharga dan memiliki relevansi tinggi bagi masyarakat luas, terutama di Sumatera Utara. Dalam acara Green Impact Festival 2025 yang digelar di Jakarta, Gibran menyatakan bahwa kemenyan tidak hanya diminati dalam dunia perdukunan, tetapi juga dapat digunakan sebagai bahan baku parfum dan produk lainnya, menjadikannya sejajar dengan komoditas berharga seperti nikel.
Sikap skeptis yang muncul di kalangan publik saat Gibran mengemukakan pandangannya mengenai kemenyan, memicu diskusi menarik tentang bagaimana masyarakat melihat potensi yang ada. “Ada yang pakai parfum tidak? Itu bahannya dari kemenyan,” ungkap Gibran yang menunjukkan bahwa nilai kemenyan seharusnya tidak dipandang sebelah mata. Ia bahkan menyoroti, bahwa banyak yang mencemooh ketika ia membahas potensi hilirisasi kemenyan, berpikir bahwa bahan tersebut hanya digunakan dalam praktik perdukunan. “Kemenyan itu sama berharganya dengan nikel,” tegasnya.
Pernyataan Gibran ini sejalan dengan misi Dewan Ekonomi Nasional (DEN) yang juga mengupayakan hilirisasi kemenyan sebagai langkah untuk memperkuat ekonomi lokal. Ketua DEN, Luhut Binsar Pandjaitan, menegaskan bahwa hilirisasi bukan sekadar menciptakan nilai tambah, tetapi juga berkontribusi pada kesejahteraan petani lokal di desa-desa. Dengan memaksimalkan potensi kemenyan, diharapkan manfaat ekonomi akan mengalir ke masyarakat di daerah penghasil.
Kemenyan dari Sumatera Utara dikenal sebagai salah satu yang terbaik di dunia, dan keberadaannya telah menembus pasar internasional. Meski memiliki nilai jual yang tinggi, sayangnya, kemenyan masih dianggap komoditas yang terabaikan. Hal ini menunjukkan tantangan besar bagi masyarakat petani, terutama di wilayah Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan, untuk mendapatkan pengakuan atas produk yang mereka hasilkan.
Dengan memfokuskan perhatian pada hilirisasi kemenyan, tidak hanya meningkatkan ekonomi lokal, tetapi juga membuka lapangan pekerjaan dan peluang usaha baru bagi masyarakat. Dalam konteks ini, dukungan dari pemerintah dan berbagai pihak terkait sangat dibutuhkan untuk memastikan agar setiap langkah menuju hilirisasi kemenyan dapat terealisasi dengan baik.
Gibran mencatat pentingnya dialog terbuka tentang kemenyan di tengah masyarakat. Kasus ini mencerminkan bahwa masih banyak potensi bahan lokal yang belum sepenuhnya dimanfaatkan. Adanya pemahaman dan penerimaan akan nilai kemenyan sebagai komoditas bernilai tinggi diharapkan dapat berubah seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat tentang manfaatnya.
Sebagai penutup, masyarakat diharapkan untuk lebih proaktif dalam menemukan potensi yang ada di sekitar mereka. Kehadiran program hilirisasi kemenyan ini menjadi momentum penting untuk menerapkan inovasi dan strategi yang tepat dalam memajukan perekonomian lokal, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.