Olahraga

Formula 1 vs Formula E: Duel Kecepatan dan Keberlanjutan di Balap Mobil Dunia

Avatar photo
6
×

Formula 1 vs Formula E: Duel Kecepatan dan Keberlanjutan di Balap Mobil Dunia

Sebarkan artikel ini

Perbandingan Formula 1 dan Formula E: Kecepatan versus Keberlanjutan

Dunia balap mobil saat ini dibedakan oleh dua ajang prestisius: Formula 1 (F1) dan Formula E. Sementara F1 dikenal sebagai balapan tercepat di dunia, Formula E bertujuan untuk menciptakan kompetisi ramah lingkungan. Patut dicermati, bagaimana perbandingan antara keduanya mempengaruhi masyarakat dan masa depan otomotif di Indonesia.

Secara teknis, F1 masih memegang predikat sebagai ajang balap dengan kecepatan maksimal sekitar 375 kilometer per jam. Mobil-mobil ini berteknologi tinggi dengan mesin pembakaran internal yang mendukung performa luar biasa. Di sisi lain, mobil Formula E mencapai kecepatan puncak sekitar 322 kilometer per jam, dengan daya maksimum 300 kW (setara 402 bhp). Meskipun ada selisih signifikan dalam hal kecepatan, Formula E memposisikan diri sebagai balapan interaktif yang menekankan keberlanjutan dan pengurangan emisi karbon hingga 90 persen dibandingkan F1.

Daya tahan menjadi tantangan utama bagi Formula E, di mana durasi balapan dan jumlah putaran masih tidak dapat menandingi F1. Kendati begitu, inovasi terus dilakukan. Sejak musim ke-11, Formula E memperkenalkan fitur Pit Boost yang mengharuskan pit stop selama 30 detik untuk pengisian energi. Berbeda dengan strategi kompleks di F1, mobil Formula E menggunakan ban segala cuaca, mengurangi kebutuhan penggantian ban kecuali terjadi kerusakan.

Dalam konteks perkembangan teknologi, baik F1 maupun Formula E berfungsi sebagai laboratorium bagi inovasi otomotif. F1 tengah mengembangkan bahan bakar rendah emisi dengan target mencapai netral karbon pada tahun 2030. Formula E, di sisi lain, menjadi pionir dalam pengembangan baterai dan efisiensi daya untuk kendaraan listrik. Inisiatif ini sangat relevan bagi Indonesia, yang semakin berkomitmen menuju transisi energi bersih.

Dari sudut pandang masyarakat, kehadiran Formula E membawa harapan bagi masa depan yang lebih bersih dan inovatif. Para penggemar otomotif di Tanah Air dapat menyaksikan evolusi kendaraan listrik dan dampaknya terhadap lingkungan. Ajang ini menyajikan peluang bagi generasi muda untuk mengenali lebih dalam tentang teknologi ramah lingkungan.

Executive Formula E, Jeff Dodds, menekankan bahwa meskipun F1 memiliki sejarah panjang, Formula E memiliki potensi pertumbuhan yang lebih cepat. “Kami adalah olahraga yang berkembang tercepat, dengan pertumbuhan 20 persen setiap tahun,” imbuhnya. Namun, sulit untuk menampik popularitas F1 yang masih menjadi magnet bagi penonton, seperti yang ditunjukkan oleh kehadiran 452.000 penonton di GP Australia 2023.

Sebagai kesimpulan, meski Formula 1 unggul dalam hal kecepatan dan jumlah penonton, Formula E menawarkan komitmen yang kuat terhadap keberlanjutan dan inovasi otomatisasi masa depan. Sementara masyarakat menantikan kedua ajang ini beradaptasi dengan tantangan zaman, balap mobil semakin menunjukkan relevansinya dalam konteks sosial dan lingkungan, terutama bagi negara dengan tantangan polusi seperti Indonesia.

Ke depan, penggabungan antara kecepatan F1 dan komitmen keberlanjutan Formula E akan menjadi kunci dalam menentukan arah olahraga otomotif di Indonesia dan dunia.