Berita

Dugaan Kekurangan Tenaga Ahli dalam Memasak di SPPG Berdampak pada Keamanan Pangan

Avatar photo
2
×

Dugaan Kekurangan Tenaga Ahli dalam Memasak di SPPG Berdampak pada Keamanan Pangan

Sebarkan artikel ini

Dugaan Kurangnya Tenaga Ahli Memasak di SPPG Picu Kekhawatiran Masyarakat

Ahli gizi dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi), Atik Nirwanawati, mengungkapkan kekhawatirannya mengenai kemungkinan kurangnya tenaga ahli dalam pengolahan makanan di Sekolah Pemimpin Pelajar Garuda (SPPG). Menurut Atik, kebutuhan akan keterampilan memasak yang memadai sangat penting untuk menjamin kualitas makanan yang disajikan.

Atik menyatakan bahwa memasak dalam jumlah besar bukanlah hal yang mudah. Banyak faktor yang perlu diperhatikan agar hasil masakan sesuai dengan standar gizi dan keamanan. Ia menjelaskan bahwa meskipun bahan makanan yang digunakan berkualitas baik, proses pengolahan yang buruk dapat merugikan kualitas makanan tersebut. “Memasak itu enggak gampang. Jika bahan makannya bagus, hasilnya belum tentu bagus jika tidak diolah dengan baik,” ujarnya saat dihubungi pada Kamis (25/9/2025).

Sebagai contoh simple, Atik menekankan bahwa memasak nasi pun bisa menjadi tantangan. Jika tidak berpengalaman, hasilnya bisa saja masih mentah atau terlalu lembek. Lebih parahnya, jika nasi disajikan terlalu cepat, ada risiko tercemar oleh bakteri. “Apalagi lauk protein, itu sangat cepat tercemar bila waktunya lewat dikonsumsi,” imbuhnya.

Dalam konteks ini, proses penyajian juga sangat krusial. Atik menyoroti pentingnya sanitasi ruangan penyajian dan kebersihan lingkungan sekitar, seperti keberadaan lalat yang dapat membawa kuman. “Sanitasi yang buruk akan sangat berpengaruh pada makanan yang disajikan,” lanjutnya.

Kekhawatiran ini muncul di tengah meningkatnya kebutuhan akan katering dengan kualitas makanan yang mengedepankan aspek kesehatan. Jika tenaga yang mengolah makanan tidak memiliki keahlian yang memadai, risiko keracunan makanan dapat meningkat. “Dari proses pengolahan sampai makanan dikonsumsi, semua itu sangat kritikal dan dapat menyebabkan keracunan,” kata Atik.

Hal ini menjadi sorotan penting, terutama bagi masyarakat yang peduli akan kesehatan dan keamanan pangan. Dengan adanya isu ini, masyarakat diharapkan lebih selektif dalam memilih jenis katering, khususnya bagi institusi pendidikan yang memiliki keterikatan dengan kesehatan siswa. Implikasi bagi SPPG dan instansi serupa adalah kebutuhan untuk meningkatkan kualitas pelatihan bagi tenaga ahli yang mengurusi pengolahan dan penyajian makanan.

Secara keseluruhan, temuan ini menyoroti pentingnya pendidikan mengenai gizi dan keamanan makanan tidak hanya bagi pelajar, tetapi juga bagi tenaga penyaji makanan di lembaga pendidikan. Dengan berinvestasi dalam pelatihan yang tepat, diharapkan kualitas makanan yang disajikan akan memenuhi standar kesehatan yang diharapkan, sekaligus memberikan dampak positif bagi kesehatan masyarakat luas.