Vietnam Siap Evakuasi Lebih dari 300.000 Warga Menyusul Ancaman Topan Kajiki
Jakarta, CNN Indonesia – Menyusul ancaman Topan Kajiki yang diprediksi akan mendarat di pantai timur Vietnam, pemerintah setempat mengambil langkah cepat dengan merencanakan evakuasi terhadap lebih dari 300.000 warga. Rencana ini diumumkan pada Minggu (24/8) seiring dengan ancaman badai yang semakin meningkat.
Lebih dari 325.500 penduduk di lima provinsi pesisir, di antaranya Ha Tinh dan Nghe An, akan dievakuasi ke lokasi-lokasi aman seperti sekolah dan gedung publik yang disiapkan sebagai pusat evakuasi sementara. Selain itu, maskapai penerbangan nasional Vietnam Airlines dan Vietjet juga telah membatalkan sejumlah penerbangan domestik sebagai langkah pencegahan.
Menurut otoritas bencana yang berada di bawah Kementerian Pertanian dan Lingkungan Hidup Vietnam, kondisi saat ini sangat berbahaya. Mereka memperingatkan bahwa berkendara atau berada di bangunan seperti kapal pariwisata, kapal penangkap ikan, dan fasilitas budidaya perairan sangat tidak aman.
Topan Kajiki, yang awalnya bergerak lambat di sepanjang pantai selatan Tiongkok, diperkirakan akan semakin menguat dengan kecepatan angin maksimum mencapai 90 knot (sekitar 167 kilometer per jam). Badan Meteorologi Tiongkok juga memperkirakan bahwa hujan deras akan melanda sebagian wilayah provinsi Ha Tinh dan Nghe An pada hari Senin dan Selasa. Angin kencang yang menyertai badai ini diprediksi dapat memengaruhi infrastruktur penting, termasuk fasilitas listrik dan transportasi.
Kementerian Pertanian Vietnam melaporkan bahwa Topan Kajiki adalah badai tropis kelima yang melanda negara tersebut sepanjang tahun ini. Dalam tujuh bulan pertama tahun 2025, lebih dari 100 orang dikabarkan tewas atau hilang akibat bencana alam. Kerugian ekonomi akibat bencana ini diperkirakan mencapai lebih dari $21 juta.
Di sisi lain, resor tropis Hainan di Tiongkok juga meningkatkan status tanggap daruratnya ke level tertinggi. Sekitar 20.000 penduduk dievakuasi pada hari yang sama, sementara kota utama pulau tersebut, Sanya, menutup area wisata dan menghentikan semua operasional bisnis.
Lebih jauh, Vietnam sendiri sebelumnya mengalami kerugian ekonomi sebesar $3,3 miliar akibat Topan Yagi yang melanda wilayah utara pada bulan September lalu, menyebabkan ratusan korban jiwa. Para ahli menyatakan bahwa perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia berkontribusi pada peningkatan frekuensi dan intensitas cuaca ekstrem, yang meningkatkan risiko terjadinya banjir dan badai, khususnya di daerah tropis.
Dalam kondisi seperti ini, kewaspadaan menjadi kunci bagi masyarakat dan pihak berwenang untuk menghadapi potensi bencana yang mengancam keselamatan warga.