Pada hari Rabu pagi, pengguna di seluruh dunia dikejutkan oleh ketidakmampuan mengakses ChatGPT, salah satu chatbot berbasis kecerdasan buatan terpopuler milik OpenAI. Gangguan ini menyebabkan ribuan pengguna tidak bisa login, menerima respons yang tidak lengkap, bahkan mengalami pemutusan secara mendadak saat berinteraksi dengan sistem. Kejadian ini menimbulkan pertanyaan serius tentang keandalan layanan yang semakin menjadi tulang punggung berbagai aktivitas digital dan produktivitas masa kini.
Berdasarkan laporan dari DownDetector, sekitar 88% pengguna melaporkan ketidakmampuan mengakses ChatGPT sejak pukul 6.10 pagi waktu Indonesia bagian Barat. Banyak dari mereka mengalami masalah login, layar kosong saat membuka chat, serta disorientasi saat proses verifikasi. Tidak hanya itu, sejumlah pengguna mengeluhkan kehilangan pekerjaan penting, seperti kode pemrograman dan konten video yang telah mereka buat selama sesi berlangsung, akibat gangguan yang mendadak tersebut. Fenomena ini menunjukkan betapa bergantungnya berbagai sektor terhadap layanan AI ini dan bagaimana gangguan kecil bisa berdampak besar.
OpenAI sendiri telah mengakui adanya gangguan ini melalui halaman status resmi mereka, menyatakan bahwa mereka telah mengidentifikasi peningkatan tingkat error dan sedang bekerja keras untuk mengatasinya. Meski begitu, perusahaan belum mengungkap penyebab pasti dari gangguan tersebut maupun perkiraan waktu untuk pemulihan penuh. Kejadian ini, yang sudah kedua kalinya dalam bulan ini, memperlihatkan bahwa infrastruktur layanan AI yang dianggap masif dan andal masih rentan terhadap gangguan teknis yang tak terduga.
Fenomena gangguan global ini menimbulkan kekhawatiran akan ketahanan sistem yang semakin vital di era digital. Ketergantungan terhadap AI tidak hanya terbatas pada pengguna individual, tetapi juga perusahaan besar dan institusi pendidikan yang memanfaatkan ChatGPT untuk berbagai keperluan strategis. Jika gangguan ini terus berlanjut tanpa solusi yang memadai, bisa jadi kepercayaan terhadap teknologi ini akan mulai melemah, membuka peluang bagi kompetitor untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan.
Dalam konteks yang lebih luas, kejadian ini menegaskan perlunya OpenAI dan penyedia layanan serupa meningkatkan sistem mereka agar lebih tahan terhadap gangguan dan mampu mengatasi lonjakan pengguna secara tiba-tiba. Seiring semakin banyaknya perusahaan dan individu yang bergantung pada layanan AI, ketahanan infrastruktur menjadi faktor utama yang harus diperhatikan untuk memastikan keberlanjutan dan kepercayaan pengguna di masa depan.