Peristiwa Tragis, Jenazah Bayi Syifa Dimakamkan Setelah Ditemukan Meninggal di Dalam Tas
Sume—Jenazah bayi Syifa (11 bulan), yang ditemukan meninggal secara tidak wajar di dalam tas, dimakamkan pada Sabtu malam (6/9/2025) setelah melalui proses otopsi. Pemakaman dilakukan oleh ayahnya, Matsirri, di dekat rumah neneknya di Desa Duko, Kecamatan Arjasa, Sumenep, Madura. Sebelumnya, jenazah bayi malang ini disimpan selama sepekan di Rumah Sakit Abuya Kangean.
Proses otopsi yang dilaksanakan pada Sabtu sore sempat terhambat akibat ketidakhadiran Matsirri, yang sedang berada di Malaysia, serta menunggu kehadiran tim forensik dari Polres Sumenep. Ibu korban, Lila, hingga saat ini masih belum diketahui keberadaannya, membuat situasi semakin rumit bagi keluarga dan pihak berwajib.
Rafik, kakak Matsirri, menyatakan rasa syukurnya atas dilakukannya otopsi, meskipun mereka tidak bisa menyaksikan proses tersebut secara langsung. “Kami keluarga bersyukur polisi akhirnya melakukan otopsi terhadap Syifa, meskipun kami tidak bisa menyaksikan langsung,” ungkapnya saat memberikan keterangan pada Minggu (7/9/2025).
Otopsi berlangsung selama sekitar tiga jam, yang bertepatan dengan kedatangan Matsirri dari Malaysia. Setelah proses tersebut, jenazah Syifa segera dimakamkan, menyisakan duka mendalam bagi keluarga dan masyarakat sekitar.
Keluarga berharap hasil otopsi dapat segera disampaikan oleh pihak berwajib untuk mendapatkan kejelasan mengenai penyebab kematian bayi tersebut. “Hasilnya kami keluarga belum mengetahui seperti apa. Semoga polisi segera memberikan informasi,” kata Rafik dengan nada harap.
Kejadian ini pun menjadi perhatian bagi masyarakat setempat. Banyak yang mempertanyakan kondisi ibu Syifa yang tidak diketahui keberadaannya sejak tiga hari sebelum jasadnya ditemukan. Keberadaan Lila yang menghilang menambah misteri dan kekhawatiran terkait kasus ini.
Matsirri dan Lila merupakan pasangan yang dikaruniai dua anak; anak pertama lahir saat mereka masih bekerja di Malaysia, sedangkan Syifa lahir saat mereka telah kembali ke Arjasa. Kondisi ini mencerminkan perubahan yang pesan bagi banyak pasangan lain yang mungkin menghadapi tantangan hidup serupa di lingkungan yang penuh dengan kesulitan sosial dan ekonomi.
Keberadaan masyarakat yang terus berupaya membantu keluarga dalam situasi sulit ini menunjukkan solidaritas yang kuat. Namun, harapan akan keadilan dan kejelasan hukum tetap menjadi fokus utama. Proses hukum yang berjalan diharapkan dapat memberikan kepastian, tidak hanya bagi keluarga tetapi juga bagi masyarakat luas yang merasa terpukul oleh peristiwa tragis ini.
Sebagai penutup, kasus meninggalnya Syifa menjadi pengingat bahwa perlindungan anak harus menjadi prioritas utama. Masyarakat diharapkan lebih peka terhadap hal-hal yang mencurigakan serta mau melaporkan kepada pihak berwajib jika melihat situasi yang tidak wajar. Dengan demikian, langkah-langkah preventif dapat diambil untuk mencegah terulangnya tragedi serupa di masa depan.